10 Muharam

Dalam pandangan kapitalisme (baca : mendorong orang membeli lebih banyak untuk menciptakan ketergantungan, dan juga untuk meningkatkan jumlah konsumsi dan produk yang dihasilkan). Peran perempuan begitu jelas sebagai makhluk yang menggiurkan, peran ini setingkat lebih maju dibanding atas nama islam, atas nama agama dan atas nama tradisi (baca : perempuan menjadi seorang buruh rumah tangga sekaligus perawat tanpa upah, atas nama hukum bersama, hukum agama atau hukum sipil dipanggil nyonya, isteri tuanya dan sebagai perawat anaknya dipanggil ibu. Nama perempuan itu hilang saat sudah kawin berganti nama suaminya atau bu pulan nama anaknya, dan laki2 atas nama agama, hukum, islam, tradisi akan selalu meminta agar malaikat mengutuk perempuan yang tidak taat suaminya atau bapanya). Sebenarnyalah Yang memiliki manusia menempatkan perempuan jauh dari pandangan-pandangan diatas (kapitalis-religi), sebab, : 1. Disebut sebagai nama surat (an-nisa) dalam Alquran sebagai gambaran posisi yang harus ditempatinya. 2. Bukankah para Nabi, solihin & tokoh kemanusiaan lahir dari rahimnya dan atas perawatannya. 3. Kalaulah ada manusia yang salah asuh (gagal fitroh) perempuan tidak harus menanggung sendirian. 4. Bisa jadi ada (banyak) perempuan yang gagal jati diri (hengker) lantaran laki-lakinya tak pantas jadi pemimpin (leutik burih). 5. Bertepatan dengan 10 muharom, alangkah bijaknya mencari jati diri perempuan dari “Fatimah Azzahra” putri Rosululloh SAW, isteri Sayidina Ali RA. dan ibunya Hasan serta Husen pahlawan karbala.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Reply