Bangsaku pernah tumaninah jadi bangsa jajahan,
terbukti cukup lama bangsa kita dijajah bangsa asing.
celotehnya adalah :
“sudah lah………., kan ada tuan jangkung yang ngurus……, dan itu lumrah, barangkali sudah nasib kita………”
Bangsaku pernah belajar dari kekalahan raja-raja dan atau suku-suku Nusantara, ketika mengadakan perlawanan terhadap kolonial.
celotehnya adalah :
“masa perang melawan belanda………yang mati prajurit Diponegoro dan prajurit Imam Bonjol)
Bangsaku pernah belajar dari kebodohan sempurna,
terbukti cukup banyak rakyat yang ingin sekolah.
celotehnya :
“kita harus pintar………,kita harus berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dengan tuan-tuan jangkung itu”
Bangsaku pernah menyadari bahwa imperialisme dan kolonialisme bisa terusir dengan gerakan yang bergelombang,
bahkan bangsaku pernah berjanji :
1. bertanah air satu, tanah air Indonesia
2. berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. berbahasa satu, bahasa Indonesia
Dan…………, bangsaku pernah memproklamasikan dirinya sebagai negara yang merdeka dan berdaulat.
(merdeka……………,merdeka……………,merdeka)
Kini bangsaku terseok………….
arah Ketuhanan Yang Mahaesa berujud berhala jabatan, kekuasaan dan materi.
arah Kemanusiaan yang adil dan beradab bermuatan homo homini lupus
arah Persatuan Indonesia berwarna tawuran antaranya
arah Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaraha perwakilan berujud arogansi antar partai politik
arah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia berujud keadilan harimau atau keadilan kera
(Keadilan Harimau :
Alkisah, terjadilah kolaborasi kelompok pemangsa, harimau, anjing dan kucing. Dalam kesepakatan perdana mereka bertiga siap melakukan pemburuan untuk santapan hari pertama mereka melakukan kerjasama. Adapun isi kesepakatan itu sebagai berikut :
1. tiap hasil buruan mereka, baik saat bekerja sama atau masing-masing tidak boleh dimakan langsung, baik bersama-sama maupun sendiri-sendiri.
2. tiap hasil buruan (hasil kerjasama atau sendiri-sendiri) pembagiannya ditentukan berdasarkan musyawarah dalam mencapai keadilan
Singkat cerita, mereka dapat mengumpulkan hasil buruan berupa 1 ekor kelinci, 1 ekor kambing dan 1 ekor kerbau. Maka musyawarahpun berjalan dengan tertib, dan sang Harimau dengan bijaknya meminta pendapat dari kedua sahabatnya tersebut.
sang Anjing : ” Sahabat, sungguh alam itu begitu sempurna dan adil………., pada hari ini kita mendapatkan hasil buruan seolah tengah mengajarkan keadilan………, betapa tidak, bukankah hasil buruan kita ini begitu sesuai dengan potensi kita masing-masing ?”. Sang Anjing berhenti sebentar untuk melihat sikap dari kedua sahabatnya tersebut, kemudian setelah menatap sang Harimau yang sumringah dan sang Kucing yang berseri-seri, maka tanpa ragu, sang Anjingpun melanjut sarannya : “……jadi, keadilan telah datang, dan saya berpendapat pembagian ini sebagai berikut, kucing mendapat kelinci, dan saudara Harimau mendapat kerbau sementara saya sendiri mendapat kambing…., sungguh keadilan telah nampak dalam pembagian ini.”. Tanpa ragu sang Anjing mendekati sang Harimau untuk berjabat taangan…….., namun apa yang terjadi ?, sekali sentakan kaki depan bagian kanannya menampar muka sang Anjing, begitu keras dan sangat keras, sehingga sang Anjingpun mati seketika.
Sang Harimau masih dalam keadaan sumringah menoleh kepada sang Kucing agar segera memberikan pendapat tentang keadilan dalam pembagian hasil buruan tersebut. Tanpa ragu sang Kucing berkata : ” Yang Mulia akan terasa keadilan hadir diantara kita, jika kelinci paduka makan sebagai sarapan pagi, kambing paduka makan di siang hari dan kerbau paduka gunakan sebagai santapan malam.” Sang Harimau kaget atas prinsip keadilan versi sang Kucing, masih dalam kesumringahannya yang terselang kekagetannya sang Harimau bertanya kepada sang Kucing :” Darimana kau dapatkan teori keadilan ini? Sang Kucing spontan menjawab :” hamba belajar dari peristiwa matinya sang Anjing.”
Keadilan Kera :
Seekor kera besar yang berbangga hati karena terpilih menjadi pimpinan sedang berusaha menimbang 2 buah apel yang berbeda besarnya untuk dibagikan kepada 2 ekor kera yang sedang kelaparan, ia gigit apel yang besar dengan harapan menjadi sama dengan apel kecil, yang terjadi adalah apel besar itu setelah digigit sebagian menjadi lebih kecil dari apel yang kecil, mak digigit pulalah apel kecil itu dengan harapan menjadi sama…………, terus berlanjut demikian sehingga kedua apel tersebut habis dimakan sang Kera pemimpin sementara kedua kera yang kelaparan tetap kelaparan.)
Aku……..,berdiri diantara Ki Hajar dan sampah teknologi yang dijejalkan disetiap ruang belajar
Aku…….., masih yakin bangsaku menyadari dan berusaha keluar dari nilai-nilai kapitalisme yang menumbuh subur kan korup,
karena………….,
bangsaku pernah bersumpah :
1. bertanah air satu, tanah air Indonesia
2. berbangsa satu, bangsa Indonesia
3. berbahasa satu, bahasa Indonesia
(semoga besok, ada anak-anaku yang bisa mengaplikasikan sumpah tersebut)