“Kok hidungnya begitu, ya?” Seorang bocah memulai gunjingannya.
Temannya menguatkan bahwa yang aneh bukan hanya hidungnya, tapi juga mulutnya. Bocah lain yang lebih berani membuat gambaran yang lebih jelas lagi: orang itu hidungnya separuh melesak, sementara bibirnya sobek, atau mungkin lebih tepat disebut cuil.
“Itu bukan aneh, tapi menakutkan!” Katanya menandaskan.
“Mat Dawuk,” begitulah panggilan orang Rumbuk Randu pada lelaki dengan bibir cuil itu. Pandangan mereka terhadap Mat yang buruk rupa telah menutup hati mereka untuk melihat keistimewaan dan sisi baik yang dimilikinya. Padahal, jika mereka dapat dengan lapang menerima segala kekurangannya dan membuka hati, dunia akan lebih berwarna karena adanya perbedaaan tersebut.
Dari potongan dialog yang diambil dari novel Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu. Terlihat bagaimana orang-orang dapat dengan mudahnya menilai tentang buruknya seseorang. Orang mudah sekali menilai seseorang hanya dari fisiknya saja. Padahal, mereka tidak tahu, siapakah dia? Dari manakah asalnya? Mengapa dia seperti itu? Apakah ada hal yang tersembunyi di balik rupanya yang mengerikan?
Menilai seseorang itu mudah. Apalagi menilai dari sisi buruknya. Tapi apa boleh menilai seseorang dari keburukannya terlebih dahulu? Setiap orang memang punya hak untuk menilai orang. Namun, tak selalu penilaian manusia terhadap manusia lainnya itu benar. Karena setiap manusia tak pernah bisa luput dari sebuah kesalahan.
Mat Dawuk dipandang buruk oleh orang Rumbuk Randu hanya karena penampilannya yang buruk rupa. Namun, di samping itu semua, Mat memang juga punya nasib yang buruk. Sehingga hal itu membuat orang-orang tak ingin terkait atau dikaitkan dengannya. Tak seorang pun ingin berteman dengannya. Dia memang tumbuh besar dan menjadi kuat, tapi layaknya anak kucing tanpa induk atau ayam kampung tanpa pemilik. Mat Dawuk tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tuanya. Dia hidup sebatang kara. Sungguh, malang sekali nasib Mat Dawuk ini.
Memang ada alasan mengapa orang-orang Rumbuk Randu takut kepada Mat Dawuk. Selain karena penampilan fisiknya, di balik wajahnya yang buruk rupa, dia dipercaya memiliki kekuatan yang orang-orang tidak memilikinya. Dia punya kekuatan gaib. Karena itulah orang-orang takut dan menjauhinya. Padahal jauh di dalam hatinya, dia adalah seorang yang baik hati. Mat Dawuk adalah manusia sebagaimana manusia lainnya, yang hanya ingin hidup dengan tenang dan wajar.
Dalam novel Of Mice and Men, John Steinbeck juga menggambarkan banyak tokoh yang seperti bumi dan langit bedanya. Beberapa tokoh dalam novel ini sangat menjebak jika dilihat dari penampilan karena tak sesuai dengan kemampuan. George adalah seorang pria kecil. Namun, kecerdasannya dalam menghadapi masalah adalah keahliannya. Sedangkan Lennie adalah pria bertubuh sangat besar, teman Goerge, tapi punya kekurangan mental. Begitulah kehidupan. Terkadang penampilan bisa sangat menipu.
Nah, dalam Al-quran manusia sangat dipuji-puji karena memiliki keistimewaan dibanding ciptaan Allah yang lain. Keistimewaan inilah yang menjadikan manusia memiliki posisi yang lebih mulia dan utama bahkan dari malaikat sekalipun. Di awal penciptaan, para malaikat bersujud kepada Nabi Adam kecuali iblis. Iblis merasa bahan penciptaan dirinya lebih mulia dari manusia. Manusia dari tanah sedangkan iblis dari api. Jadi, merasa lebih baik dari yang lain hanya karena fisik atau penampilan sungguh perlu dihindari.
Ada satu kisah. Di sebuah kerajaan, seorang raja memiliki beberapa orang anak. Ceritanya ada satu anak raja yang berbeda. Dia bertubuh pendek, kurus, dan buruk rupa. Dengan kondisi fisiknya yang seperti itu, dia sering dihina saudara-saudaranya. Bahkan, ayah kandungnya sendiri sering menghinanya. Namun, di balik kekurangannya itu, dia dianugerahi kecerdasan dan keberanian yang luar biasa.
Suatu hari terjadi peperangan. Dalam peperangan itu pasukan kerajaan mulai terdesak dan kehilangan semangat. Lalu anak raja yang sering dihina itu menghadap ayahnya dan meminta izin untuk memimpin pasukan. Dengan keberanian yang dimilikinya, akhirnya kemenangan dapat diraih oleh pasukan kerajaan.
Sang Raja sangat bangga dan terharu dengan keberanian dan keberhasilan anaknya yang selama ini dipandang remeh dan hina. Tak lama kemudian, dia menobatkannya menjadi putra mahkota. Namun, saudara-saudaranya yang berwajah tampan iri padanya. Mereka lalu memberi racun pada makanan yang akan dihidangkan pada putra mahkota itu. Sang Raja yang mengetahui rencana jahat itu segera memerintahkan pengawalnya untuk menghukum dan mengasingkan anak-anaknya yang tampan tapi berperangai buruk itu.
Bisa aku simpulkan. Bahwa setiap manusia diciptakan oleh Allah dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Maka, tidak selayaknya kita pantas menghina atau meremehkan orang lain.
Judul Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu | Penulis Mahfud Ikhwan | Penerbit Marjin Kiri | Tebal vi+182 hal | Presensi Selma Hawlani | Penyunting Ridwan Malik