EnglishArabicIndonesian
Categories
Book Reviews Treasure

Akhir Kisah Si Kakek Jenaka

Aku Beruntung Bisa Berteman dengan Siapa Saja.

Seorang Allan, ia dikenal polos dan bisa berteman dengan siapa saja. Hal itu mengantarkannya menuju kedamaian dan kesenangan. Ia mendapat banyak pemberian dari orang-orang berpengaruh. Tapi, ia juga mendapat perlakuan janggal di tengah makan-makan dengan presiden Johnson. Sebabnya, Allan pernah memberi tahu Stalin perihal bom. Allan bisa disebut pengkhianat dan bisa saja bukan. Hal itulah yang sering kali membuat banyak orang bingung, harus menganggap Allan kawan atau lawan.

Aku pun bisa disebut orang yang seperti itu. Aku tak pernah berpihak ke satu sisi dalam urusan berteman. Positifnya, aku tak pernah terlibat persekutuan dan malahan, aku lebih banyak mendapat pemberian dari kedua belah pihak. Entah itu barang, ataupun makanan.

Merokok Sebagai Penenang dan Penetralisir Pikiran.

Dalam kasus bagaimana Jaksa Renalid mengunci dirinya di kamar sambil merokok karena pusing memikirkan kasus Allan, mungkin bisa dijadikan contoh terbaik.

Seperti yang kita tahu, rokok telah banyak beredar di lingkungan masyarakat. Nikotin dalam rokok, bagi kebanyakan orang, bisa menjadi obat mujarab untuk menghilangkan stres. Tentu tak hanya soal nikotin. Kualitas cengkih dan tembakau dalam rokok pun menjadi kunci dari keampuhan tersebut.

Dari novel Gadis Kretek karangan Ratih Kumala, aku mengetahui bahwa pembuat rokok tidak hanya memakai cengkih dan tembakau saja. Akan tetapi, untuk menambah dan menciptakan cita rasa yang khas, ada unsur tambahan yang biasanya disebut saus.

Aku pernah melihat orang yang sedang merokok. Terlihat dalam mata mereka sebuah tatapan tenang dan ringan. Mungkin itulah hasil kerja nikotin-cengkih-tembakau-saus dalam tubuh.

Jika Kebohongan Disetujui Banyak Orang, Maka Akan Menjadi Suatu Kebenaran.

Ketika Allan dan kawan-kawannya diwawancarai Jaksa Renalid, ia membuat strategi agar tidak dipenjara. Tentu dengan apalagi jika bukan dengan berbohong.

Aku jadi ingat seorang guru di pesantrenku yang punya kebiasaan seperti itu. Maksudnya, ia merupakan seorang yang suka ngibul. Ia selalu menyatakan hal-hal konyol dengan ekspresi yang meyakinkan. Hingga membuat banyak orang percaya dengan apa yang dikatakannya. Setelah kejadian itu, aku jadi sadar bahwa ekspresi sungguh bisa sangat menipu.

Hmm… terbukti, banyak sekali sesuatu yang kita anggap benar padahal hanyalah kebohongan belaka. Fakta yang diputarbalikkan, dan dipercayai dari generasi ke generasi. Seperti anggapan orang-orang terhadap Partai Komunis Indonesia.

Aku Lebih Peduli Makan Gratis daripada Segepok Uang.

Begitulah Allan. Ia tak pernah peduli soal berapa uang yang ia akan dapat dari pekerjaannya. Ia hanya peduli soal bisa tidur enak, makan gratis, dan tentu saja pada segelas vodka atau lebih. Itulah yang membuatnya unik. Untuk senang, ia tak perlu kaya, yang penting berkecukupan.

Di zaman materialistis seperti sekarang, jarang sekali orang bisa berkata “cukup” pada dirinya. Saat seseorang sudah mendapatkan apa yang ia mau, pasti ada ego untuk ingin lebih dari apa yang telah didapatnya.

Usia Tidak Membatasi Relasi.

Sama halnya dengan relasi yang tercipta di antara Allan dan Amanda. Walau memiliki perbedaan usia yang lumayan jauh, mereka masih bisa membangun suatu relasi dengan baik.

Aku jadi mengerti. Sebuah relasi tercipta bukan karena usia semata, tapi hanya karena bisa nyaman saat berbincang, atau hanya karena menemukan satu kecocokan kecil pada satu hal.

Menjalin relasi dengan usia setua Allan dan Amanda, mungkin saja berhasil. Malah, kenyataannya memang banyak yang berhasil. Kupikir, itu karena mereka sudah mumpuni baik dari sisi pengetahuan ataupun pengalaman. Sebab, jika kita menjalin suatu relasi, maka kita harus sudah siap entah itu dari sisi pengetahuan ataupun kesanggupannya.

Namun kini, kenyataannya, banyak dari remaja yang menjalin sebuah relasi dengan tujuan yang tak jauh. Hanya untuk mencari sensasi, hiburan, dan hal-hal tak berguna lainnya. Itu membuktikan satu hal, sebuah relasi dapat diciptakan tanpa memandang umur. Mau itu relasi secara sehat, ataupun yang tidak sehat.

Rajin-rajinlah Menulis.

Persis seperti yang dilakukan Amanda. Ia tidak pernah berhenti menuliskan perjalanan suaminya mengelilingi dunia di blog pribadinya. Dengan begitu, ia sampai bisa ditawari kerja oleh Presiden. Atau diajak kerja oleh Allan karena pengetahuannya perihal bom.

Kita bisa ambil pelajarannya. Jangan pernah berhenti menulis. Karena kini, banyak sekali jalan alternatif untuk mempublikasikan tulisan kita. Misalnya, kita bisa menulis di Wattpad, WordPress, Blogspot, dll. Dengan rajin menulis, kita bisa membagikan pengalaman ke banyak orang. Bisa jadi pengalaman kita itu bermanfaat untuk orang lain.

Banyak orang beruntung. Iseng menulis cerpen, puisi, atau novel di media online dan mendapat banyak pembaca dan keuntungan. Contohnya, tulisan mereka kemudian diangkat dan diterbitkan menjadi buku.

Tak hanya itu. Dengan membagi tulisan di sosial media, kita juga bisa mendapat teman baru untuk sekadar berbagi pengalaman menulis. Misalnya aku. Aku bisa mendapat beberapa teman yang hobinya menulis lewat aplikasi Wattpad. Jadi, jangan bosan-bosan untuk menulis, berbagi pengalaman, dan sejarah walau hanya di media sosial.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Salma Damayanti Khoerunissa | Penyunting Ridwan Malik

By SDKhoerunissa

a woman who believe in freedom

Leave a Reply