EnglishArabicIndonesian

Al-Baqoroh 1-5

Pengantar

Membaca berulang-ulang adalah tradisi manusia modern, dan yang bisa dibaca secara berulang-ulang hanyalah Al-Quran, sebab ia selalu uptodate, bacaannya mengikuti proses keimanan seseorang, semakin dibaca semakin bertambah kekuatan keimanan, semakin kuat keimanan seseorang semakin ingin membaca al-Quran.

Albaqoroh ayat 1-5

Lapangan, medan, dunia adalah nama untuk suatu tempat dimana manusia beraktifitas dalam mencari kemenangan (kesuksesan). Menang (sukses) adalah istilah ketika rencana dan pelaksanaan sesuai atau tidak terlalu berjauhan (nilai penyimpangan ada pada interval toleransi). Setiap manusia yang berangkat ke lapangan, medan atau dunia (kehidupan : ilmu, harta dan tahta/derajat) berharap menjadi pemenang terhadap kehidupan tersebut. Mari kita lihat beberapa ilustrasi dibawah ini :

1. Seseorang atau sekelompok (tim) sepakbola yang pergi kelapangan bola berharap menjadi pemenang dan bersedih jika kalah (menang=bahagia), Masuk anggota tim, jadwal pelatihan, menentukan pelatih handal, menentukan kostum dan jadwal pertandingan adalah seperangkat ikhtiar bentuk niat untuk bertanding dengan hasil menang.

2. Ketika kalah, masih sempat terlontar beberapa alasan dari mulai lapangan jelek, wasit gak becus, pemaain lawan licik, penonton lawan yang menekan bahkan alasan sportif pun muncul, pemain lawan yang memang baik, strategi pelatih lawan bagus, dan belum nasib pun akhirnya bisa terlontar. Alasan-alasan tersebut adalah jalan termudah ketika kita mengalami kekalahan.

Untuk menghindari kekalahan dalam berkehidupan, marilah kita lihat kronologis dibawah ini.

1. Ikhtiar bertemu dengan kiat-kiat kehidupan (Password)

(Alif Lam Mim)

Sejak dahulu hingga kini ulama-ulama Al-Quran berbeda pendapat, mayoritas abad 1 s.d. abad 3 menjawab “Hanya Allah yang mengetahui”. Namun seiring waktu ada beberapa ulama yang mencoba menjelaskan sebagai nama surah, Alif = Allah Lam = Jibril M = Muhammad, ada pendapat tentang dominasi huruf Alif  Lam dan Mim pada surat itu, ada pendapat sebagai tantangan untuk tidak mungkin manusia bisa menyerupainya. Pada era teknologi komputer, untuk membuka dan memulai penggunaan alat tersebut dibutuhkan Password yang merupaka suatu kumpulan huruf yang seolah tidak bermakna dan hanya berlaku bagi perseorangan. Keberanian, kemauan dan keyakinan untuk masuk tanpa harus bisa menangkap arti password tersebut adalah suatu ikhtiar yang luar biasa, sebab begitu kita bisa masuk ketempat yang terkunci tersebut disitulah awal kepuasaan yang tidak seprekuensi dengan nalar (potensi manusia) yang sangat begitu terbatas, sangat kecil dibanding ruang yang kita masuki.

Pada koordinat ini, manusia terbagi menjadi :

a. Manusia antroposentris, manusia yang hanya mengandalkan hasil pemikiran manusia dan berorientasi pada kemampuan manusia dalam hidup keduniawian, ia (antroposentris) adalah keledai yang tidak punya masa lampau dan tidak punya masa yang akan datang, keduniawian bagi manusia antroposentris hanyalah kekinian bagi keledai

b. Gagap tekonologi tapi hidup di abad tekonlogi, tetap “ngaderes”, tetap bisa masuk dunia teknologi, tetapi tidak bisa mengambil dan menerapkan informasi tersebut, selanjutnya kelompok manusia yang model begini rentan akan kekacauan dan mudah dipropokasi.

c. Berani, mau dan mengkonversi “password” sesuai dengan potensinya,  bisa masuk dan mengambil informasi secara berproses sesuai dengan perkembangan kecerahan emosi, fungsi, norma dan kelembagaan dirinya dalam alam semesta

2. (Dzaalika al-kitaabu laa royba fiihi hudan lilmuttaqiin)

Subhanallah…..Maha suci Allah. Ternyata kita masuk ke suatu wilayah yang menyajikan mega trilyunan atau bahkan tak terhingga informasi yang tidak mungkin kita dapatkan dari sesama manusia, wilayah dan informasi ini begitu asing tapi seprekuensi dengan titik grafitasi kesadaran manusia sehingga dengan begitu dahaganya kita teguk, namun terkadang, karena wilayah dan informasi ini begitu asing  kitapun menyangsikannya, dinamika tarik-ulur ini begitu kuat, sehingga wilayah dan informasi inipun menyatakan atau akan kita dapatkan (seperti dalam film 3 dimensi : kita langsung berinteraksi dengan wilayah dan informasi tersebut) seolah wilayah dan informasi tersebut secara kontinyu menyentuh titik grafitasi kesadaran manusia dan mengatakannya bahwa wilayah dan informasi ini adalah nyata tidak meragukan bahkan seseuai dengan garis waktu perjalanan manusia. Ia (wilayah dan informasi tersebut) terasa asing karena kita ada diluarnya, maka ketika kita menyangsikannya, wilayah dan informasi tersebut akan menyangsikan kita. Jika kemudian kita merasa yakin dan membutuhkannya, wilayah dan informasi tersebut pun akan menjadi petunjuk dalam menyempurnakan perikehidupan sebagai manusia. Manusia paripurna.

3. (Alladziina Yu’minuuna bilgoibi wayuqimuunash Sholata wamimma rozaqna hum yunfiquun)

Informasi awal yang ditemukan didalam wilayah (ruang informasi ) tersebut adalah penjelasan yang begitu hitam putih mengenai ke-paripurna-an manusia, yakni :

a. Bahwa manusia makhluq 3 dimensi seurut dengan waktu dan ruang :

1. Manusia dalam urutan waktu dan ruang lampau

2. Manusia dalam urutan waktu dan ruang kekinian

3. Manusia dalam urutan waktu dan ruang yang akan datang

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply