Categories
Book Reviews Treasure

Apa Kesan Pertama Saat Mendengar Nama Indonesia?

Sejak kecil, aku sudah melihat berita-berita yang ditayangkan televisi. Atau bisa dibilang, aku terpaksa menontonnya karena ibuku. Pada saat itulah aku mengetahui bahwasannya banyak sekali orang-orang korupsi di negaraku sendiri. Sebagian besar adalah para pejabat dan anggota DPR.

Setelah sering membaca buku, aku menemukan banyak sekali buku yang membahas politik. Meskipun ada juga yang tidak, atau hanya diselip-selipkan. Membicarakan politik, takkan ada habisnya. Apalagi politik di Indonesia.

Terkadang aku malu untuk mengakui bahwasannya aku merupakan Warga Negara Indonesia. Karena bukan hanya negaraku adalah Negara berkembang–semua sudah mengetahuinya–tapi juga karena negaraku adalah negara yang di mana segalanya bisa dibeli dengan uang. Sangat mudah sekali ya, untuk menjatuhkan negara ini? Pertanyaan yang sempat terbesit dalam pikiranku.

Aku sempat tersinggung dengan pernyataan Allan mengenai Indonesia. Ia menyatakan bahwa Indonesia adalah negara di mana segalanya mungkin. Pada bab 27 dan seterusnya, diceritakan bahwa Allan–setelah kasusnya yang melibatkan banyak orang–akan pergi berlibur bersama kawan-kawannya. Tempat yang dipilih ialah Indonesia. Lebih tepatnya Bali.

Beberapa saat sebelum sampai di Bandara Internasional Bali, Allan menjalankan misinya. Ia dengan cerdik mengandalkan uang untuk meminta izin mendarat di sana. Benar, ia menggunakan pengalamannya untuk mempermudah perjalanan mereka. Dengan entengnya, hanya karena mata uang yang disebutkan oleh Allan, pihak Indonesia memberikan izin mendarat dan menyambut mereka dengan hangat. Dasar mata duitan!

Aku tak dapat membayangkan apa jadinya jika aku melihat hal semacam itu secara langsung. Coba kamu bayangkan, orang asing mengatakan hal semacam itu di hadapanmu? Kalau aku sih akan merasa malu. Sangat malu. Maka dari itu, sebagai Warga Negara Indonesia, aku ingin mengajak kalian semua untuk menjunjung tinggi harga diri negara kita. Dengan cara tidak korupsi, mengelola sumber daya alam dengan cerdik, dan meninggikan gengsimu di depan orang-orang berkebangsaan lain. Sebab, kita bukanlah manusia rendahan.

Semua manusia sama. Sama rata. Semuanya. Tanpa terkecuali. Jangan pernah menganggap diri kita rendah. Jangan pernah! Karena sebagaimana firman Tuhan di dalam Alquran, manusia adalah makhluk mulia.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Salsaliza Nurfitri Solehah | Penyunting Ridwan Malik

By Salsaliza

Lahir pada tanggal 21 September 2004 dan merupakan anak ke-5, satu-satunya dari lima bersaudara.

Leave a Reply