EnglishArabicIndonesian
Categories
Book Reviews Treasure

Badut Pemarah

21-23

Tenang

Seperti semua orang, aku pun menyukai istilah ‘tenang.’ Dalam ketenangan, dengan porsi, takaran, dan waktu yang tepat, ada energi yang sangat bisa menguatkan.

Di pesantren, jika aku ingin melakukan sesuatu apa pun itu jenisnya, aku selalu memegang satu kata yang bisa membuatku teguh dalam menjalankannya. Pede, alias percaya diri. Itulah kata kunci yang selalu kubawa ke mana-mana. Apabila ingin melakukan sesuatu, aku selalu berkata begitu pada diriku. “Sing pede weh, da orang lain mah tak bakal peduli juga.”

Percaya atau tidak, aku merasakan efek yang sangat besar setelah sering melakukannya. Percaya diri membuatku menjadi semakin tenang menjalani hidup.

Allan pun merupakan seorang yang penuh percaya diri. Ketika sedang berbincang dengan Stalin, ia seolah lupa untuk “marah” dan “menyentak” lawan bicaranya.

Aku pernah membaca karangan Maria Vargas Llosa, Sang Pengoceh. Ada satu petuah yang diucapkan oleh salah satu tokoh. Begini bunyinya, “Mungkin kecelakaan bus yang terjadi pagi tadi, itu disebabkan oleh kemarahanmu atas pria yang memukulku tadi. Sebaiknya kamu tidak marah lagi agar tidak ada kecelakaan yang terjadi lagi.”

Itu benar. Itu juga yang membuatku sangat berusaha untuk tidak marah atas apa pun. Aku kadang ingin seperti Allan, punya ketenangan yang luar biasa.

Hal Menarik

Ada satu hal yang menarik bagiku. Alkisah, ada seorang duta besar dari Indonesia yang sangat bodoh, atau bisa juga dikatakan, akalnya terbelakang. Saking terbelakangnya, ia sampai tidak tahu nama tuhan yang harus disembahnya.

Dalam suatu pertemuan, si duta besar memiliki agenda rapat dengan De Gaulle, Presiden Perancis. Rapat tersebut direncanakan berdurasi kurang lebih tiga jam. Nahasnya, jangankan mengobrol dalam durasi tiga jam, sungguh, untuk mengobrol selama tiga menit pun ia tak mampu. Tapi untungnya, ia memiliki juru bahasa yang sangat bisa diandalkan.

“Cukup kau berbicara selama sepuluh menit dalam bahasa Indonesia. Dan lebih baik lagi jika dalam bahasa Bali,” saran si ahli bahasa.

Kurasa inilah menariknya. Jika kau bisa menyelesaikan masalah tanpa menyinggung perasaan orang lain, anda hebat! Serius.

Anda Boleh Pergi

Terjebak dalam keadaan marah rasanya sangat tidak mengenakan. Aku pernah merasa demikian. Aku sedang marah, dan setiap hal yang kulakukan pasti menjadi berantakan melebihi biasanya. Bila rasa marah menjalari hati, sesuatu yang sedang kita kerjakan akan menjadi tidak jelas.

Itulah barangkali maksud dari Nabi SAW. “Jangan marah,” dan beliau mengulanginya sebanyak tiga kali untuk menekankan pentingnya pesan yang disampaikannya.

Guruku pernah berkata, “Jika kau sedang dalam keadaan marah, berwudhulah! Marah itu api, dan wudhu bisa memadamkannya.”

Sama halnya ketika Presiden AS Lyndoon B. Johnsoon marah pada Allan. Ia marah sebab Allah membocorkan informasi mengenai bom atom pada Stalin, si biang komunis. Ia berkata begini, “Anda boleh pergi, dan aku memintanya.”

Badut

Jika kita diberi amanat yang menyangkut khalayak banyak, jangan melalaikannya. Seriuslah dalam menjalankan amanat tersebut. Sebab, itu berkaitan dengan orang banyak. Dengan kata lain, kesejahteraan orang lain berada dalam tanggunganmu.

Biar kuberi contoh. Misalnya, aku adalah ketua organisasi santri yang selalu tidak mengerjakan tugas dengan baik. Santri-santri yang seharusnya melihatku sebagai panutan, tapi karena aku tak amanah, jadinya akan tak terarah dan berada di ambang kehancuran. Pada akhirnya, santri-santri kemudian akan memberikan komentar pedas, atau mungkin melemparkan sarkas, atau barangkali secara terang-terangan melakukan penghinaan.

“Bagaimana sih menurutmu organisasi santri tahun ini?”

Itu salah satu pertanyaan sarkas yang akan sering dilemparkan. Atau mungkin, lebih ekstrem lagi, orang-orang akan terang-terangan menghinaku dengan ungkapan-ungkapan semacam ini:

“Bisa teu jadi ketua teh?”

“Urus tuh santri!”

“Terus weh kitu,” dan lain sebagainya.

Persiapan yang Matang

Sebuah persiapan sangatlah penting. Setidaknya, begitu menurut pengalamanku.

Misalnya sebuah konser musik. Pasti akan membutuhkan persiapan yang sangat banyak. Artis, sound system, lighting, juru kamera, logistik, dan lain sebagainya. Semua itu harus dalam keadaan oke untuk hari H. Tak boleh ada kesalahan sekecil apa pun dari apa yang sudah direncanakan. Jika kamu mengabaikannya, semua orang akan kena imbasnya. Gagal acaranya.

Guruku pernah berkata begini soal musik. Musik adalah paduan dari berbagai jenis suara. Misalnya suara batuk. Tinggal sesuaikan nada apa yang kamu inginkan, dan lalu susunlah batuk tersebut supaya terdengar menarik.

Begitu pula dengan Allan. Dalam menyambut kedatangan Inspektur Arronsion, ia berusaha menampilkan sebuah pertunjukan menarik di meja makan. Dan sepertinya akan berhasil.

Berpikir Positif

Selalu menjadi kunci jawaban bagi banyak orang. Aku meyakini, kehadiran seorang positifis akan selalu disambut baik oleh orang-orang. Karena ia akan selalu menyebarkan positive vibes, sehingga orang lain senang berada di dekatnya.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Iqbal Maulana Yusuf | Penyunting Ridwan Malik

By Kibong

Manusia Biasa

Leave a Reply