14-16
“Yang terjadi, terjadilah. Jangan merasa takut dan berharap terlalu tinggi.”
Begitulah bunyi satu kalimat yang membuatku merasa tercerahkan. Aku jadi sedikit paham tentang bagaimana seharusnya kita berharap.
Mungkin semua orang pernah berharap. Ups… bukan mungkin, tapi pasti semua orang punya harapan. Sepertinya memang sudah hakikatnya manusia suka berharap terhadap apa pun. Apalagi berharap ke sesama manusia, iya kan? Kita pasti punya harapan untuk mewujudkan cita-cita menjadi guru, misalnya. Atau, berharap kekasih kita bisa mencintai kita selamanya. Hal itu wajar, dan sering dilakukan manusia. Tapi yang penting jangan terlalu over expectation saja.
Dalam hidup apa saja sesungguhnya bisa ditanam, termasuk harapan. Sudah menjadi hukum alam, apa yang dituai tergantung apa yang ditanam. Jika aku menanam bibit padi maka akan tumbuh padi. Bila aku menanam bibit nangka maka akan tumbuh pula pohon nangka. Namun berbeda jika menanam harapan. Bisa jadi ketika menanam harapan yang tumbuh adalah kebahagiaan atau malah kesedihan. Sebab, harapan bukan bibit berbentuk pasti. Harapan yang ditanam akan tumbuh tergantung bagaimana aku merawatnya.
Aku jadi ingat satu ayat Al-Quran, “Waidza azamta fatawakkal alallah, Innallaha yuhibbul mutawakkillin.”
Ayat itu menerangkan, bahwasanya ketika kita punya keinginan yang kuat, maka pasrahkanlah kepada Allah. Karena sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berserah diri. Hal itu tentu saja dilakukan setelah kita berikhtiar dan berdoa. Adapun hasilnya terserah Allah, dan bukan terserah manusia.
Bekerja keras itu wajib, ikhtiar itu harus. Tapi, kita tak perlu berharap berlebihan. Jangan terlalu berharap dalam segala hal. Don’t expect too much. Apalagi punya harapan tinggi terhadap manusia. Manusia itu tempatnya salah dan lemah. Terlalu berharap kepada manusia bisa jadi sia-sia dan bahkan membuat kita kecewa. Hal tersebut akan terasa menyakitkan jika yang diinginkan tidak sesuai. So, berharaplah sewajarnya.
Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Lulu Izdihar Salsabila | Penyunting Ridwan Malik