Sekarang aku akan menceritakan tentang Allan yang sedang mempertimbangkan apakah ia harus meninggalkan laboratorium atau tidak. Saat Wakil Presiden AS menghubunginya, akhirnya, ia pun menemukan jawabannya. Aku membayangkan, betapa beruntungnya Allan yang bisa berteman baik dengan Wakil Presiden Amerika Serikat, Harry S. Truman.
Itu belum seberapa. Yang lebih membuatku terkejut adalah saat mereka memanggil satu sama lain dengan hanya menyebut nama. Tidak ada embel-embel gelar atau jabatan. Sangat menakjubkan bukan? Seorang Allan yang hidupnya hanya mengikuti alur dan kehendaknya sendiri, bisa keliling dunia dan berteman baik dengan orang-orang yang punya banyak pengaruh.
Menariknya, meski banyak berteman dengan orang-orang berpengaruh seperti pejabat, Allan sangat anti dengan yang namanya politik. Ia sampai berkata begini, “Pendeta dan politikus sama buruknya, dan tidak ada bedanya sedikit pun jika mereka komunis, fasis, kapitalis, atau aliran politik apa pun.”
Jarang sekali aku menemukan orang yang sama sekali tidak mau berurusan dengan politik, dan menurutku, itu sangat keren. Aku sering membaca dan mendengar mengenai politik dari berbagai media. Dari sana kemudian muncul perspektif bahwa, “Politik itu kejam, dan tak akan ada ujungnya.”
Dunia yang Sempit
“Dunia itu seperti daun kelor: sempit!”
Kalimat tersebut sering kali diucapkan tatkala seseorang bertemu dengan orang yang merupakan bagian jauh dari kehidupannya. Begitu juga yang dirasakan oleh Allan. Ia selalu bertemu dengan orang-orang yang berhubungan dengan masalah yang pernah dialaminya. Pendeknya, ia selalu bertemu kembali dengan orang-orang yang pernah ditemuinya di masa lalu.
Wow! Betapa serunya alur cerita hidup Allan. Aku sendiri termotivasi dengan cara pikirnya. Jangan takut dengan sesuatu yang akan terjadi di waktu mendatang. Yang akan terjadi, biarlah terjadi. Memang ada benarnya juga, sih.
Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Salsaliza Nurfitri Solehah |Penyunting Ridwan Malik