EnglishArabicIndonesian

Halloween

Halloween selalu dirayakan setiap tahun tanggal 31 Oktober malam oleh umat Kristiani, terutama di luar negeri. Di Indonesia juga dirayakan, walaupun masih terbatas pada acara-acara yang diselenggarakan kaum selebritis. Sebenarnya apa sih Halloween itu? Kenapa mereka memakai kostum serba menakutkan? Benarkah itu dulunya berkaitan dengan pemujaan terhadap setan, atau hanya sekedar ritual kuno?

Kata ‘Halloween’ barasal dari All Hallows Eve (malam mensucikan), karena keesokan harinya adalah hari peringatan untuk menghormati orang suci bagi umat Kristiani (All Saints Day). Salah satu cerita mengatakan bahwa Halloween diperkenalkan oleh bangsa Celtik di Irlandia yang percaya bahwa pada tanggal 31 Oktober malam roh-roh orang yang sudah meninggal gentayangan untuk merasuki tubuh mereka yang masih hidup.

Tentu saja mereka tak mau dirasuki oleh roh-roh gentayangan tersebut. Karena itu ketika malam sudah mulai mengintip tanggal 31 Oktober, para penduduk desa mematikan api yang menyala dalam dalam rumah sehingga tubuh mereka dingin dan roh tidak mau memasukinya. Mereka kemudian berpakaian yang menakutkan dan berkeliling desa dengan suara gaduh untuk menakut-nakuti roh gentayangan yang ingin merasuki tubuh mereka.

Sejumlah sumber mengatakan bahwa bangsa Celtik akan membakar mereka yang kerasukan sebagai pelajaran bagi roh-roh lainnya agar tidak berani merasuki. Sumber lainnya mengatakan itu hanya mitos saja. Kebiasaan merayakan Halloween dibawa ke Amerika oleh para imigran Irlandia yang mengalami bencana kelaparan di tahun 1840an.

Akan tetapi kebiasaan trick-or-treat dipercaya berasal dari budaya bangsa Eropa abad ke sembilan. Mereka merayakan hari roh tiap tanggal 2 November dengan cara berjalan dari desa ke desa meminta ‘kue roh’ yang berupa roti dengan kismis. Semakin banyak kue yang mereka dapat, semakin banyak pula doa yang akan mereka panjatkan untuk keluarga yang sudah meninggal dari si pemberi kue. Dengan demikian diharapkan roh mereka akan langsung masuk ke surga dan tidak gentayangan lagi.

Lentera dalam labu kuning diperkirakan berasal dari budaya rakyat Irlandia. Ada cerita rakyat tentang seorang lelaki bernama Jack yang pemabuk dan penipu. Suatu hari ia membujuk setan untuk naik ke sebuah pohon. Setelah setan tersebut berada di atas pohon, Jack mengukir salib di batang pohon tersebut sehingga setan tak bisa turun dan terjebak di atas.

Ketika meninggal, Jack tidak boleh masuk surga karena kelakuannya yang ugal-ugalan sewaktu hidup, tapi juga tidak bisa masuk ke neraka karena telah memperdayai setan. Setan kemudian memberi Jack bara api untuk menerangi jalannya yang gelap dan dingin. Agar bara api diletakkan di dalam lobak agar bisa menyala terus. Ketika para imigran Irlandia datang ke Amerika mereka lebih mudah menemukan labu kuning daripada lobak. Akhirnya sampai sekarang labu kuning yang dipakai sebagai Jack-O-Lantern.

Jadi walaupun sejumlah kelompok pemuja setan dan sejenisnya memperlakukan Halloween sebagai hari raya utama, tapi praktek-praktek negatif berbau kesetanan tidak berkembang. Yang berkembang adalah ritual untuk memperingati tahun baru bangsa Celtic.

Scrapman On The Blog
Perayaan Halloween
Ditulis dalam Ghotic oleh scrapman pada November 12, 2006

(revoltase) – Spanduk bertuliskan “Happy Halloween” yang berisi ajakan untuk merayakan hari Halloween terpasang di sejumlah sudut kota di Jakarta. Perayaan Halloween ternyata sudah menjadi bagian dari budaya kota metropolitan. Orang-orang Eropa, Amerika dan beberapa negara di dunia merayakan Halloween setiap tanggal 31 Oktober. Di dunia Barat, hari itu yang diyakini sebagai “kemenangan atas hantu”, sangat ditunggu-tunggu. Orang awam lazim menyebutnya sebagai hari perayaan bangkit dan berkumpulnya hantu-hantu atau “pesta hantu”. Bahkan di Irlandia, hari Halloween telah menjadi hari libur nasional dan dirayakan secara besar-besaran.
Ciri khusus dari perayaan Halloween adalah atribut yang dipakai tampak sangat kental dengan personifikasi simbol setan. Kostum serba hitam (gelap), topeng-topeng menyeramkan dari berbagai jenis hantu, lentera dalam labu kuning dan benda-benda berkarakter dan bertipikal khas dengan dunia setan. Tempat-tempat hiburan yang jadi ajang pesta Halloween disulap menjadi tempat angker. Suasana tersebut akan semakin menyeramkan lagi dengan mengalunnya suara berbagai macam hantu dari musik yang diputar.
Sebuah Ritual Khusus
Kata “Halloween” berasal dari kata All Hallows Eve yang mengandung arti malam mensucikan. Malam sebelum tanggal 31 Oktober dikenal sebagai All Hallow’s Evening, malamnya semua orang suci (belakangan orang mengenal dengan sebutan Halloween). Malam itu adalah malam sebelum hari semua orang suci –suatu perayaan sebagai peringatan kepada orang-orang suci yang mati sebagai martir. Satu hari sesudahnya, yakni tanggal 1 November ditetapkan sebagai hari semua orang suci (All Saints Day) oleh Paus Grigorius pada tahun 835 M, dan tanggal 2 November menjadi hari arwah-arwah orang mati. Pada hari itu, di antara mereka juga masih ada yang pergi ke makam atau berdoa.
Banyak kisah yang menceritakan tentang sejarah munculnya perayaan Halloween. Di dalam sejarah gereja bangsa Druid, Halloween diposisikan sebagai perayaan istimewa bagi nenek moyang mereka yang tergolong sebagai pendeta dari sekte keagamaan Celtic (dari kata celts) di Irlandia. Kaum Celts merupakan kelompok bangsa Arya yang pertama kali datang dari daratan Asia untuk menetap di Eropa. Faktanya sangat jelas bahwa terdapat kesamaan di antara Druidisme dan agama lain di India. Sekte keagamaan Celtic yang dipimpin Druids (kaum Piet) mempercayai keyakinan terhadap bermacam-macam dewa alam, upacara serta praktik-praktiknya.
Mereka menyembah dewa matahari khususnya pada tangal 1 Mei, disebut dengan Baltone (nyala api). Penyembahan juga dilakukan pada Dewa Maut atau Dewa Kematian pada tanggal 31 Oktober, disebut dengan Samhain. Baltone dilaksanakan pada festival musim panas, sedangkan Samhain dilaksanakan pada festival musim dingin. Kedua festival tersebut menggunakan manusia sebagai korbannya.
Kaum Celts dan bangsa Druid memulai tahun baru tanggal 1 November. Tanggal 31 Oktober malam sebelum tahun baru, diyakini Dewa Kematian berkumpul bersama arwah-arwah jahat yang telah dikutuk untuk merasuki tubuh binatang. Sedangkan arwah yang baik mengalami reinkarnasi sebagai manusia. Oleh karena itulah tanggal 1 November sering disebut sebagai hari arwah orang mati.
Bangsa Celtic mempercayai bahwa pada tanggal 31 Oktober malam, roh jahat, tukang sihir, roh pengacau (gobins), peri, dan makhluk-makhluk halus berkeliaran. Roh-roh orang yang telah meninggal bergentayangan untuk memasuki dan merasuk ke dalam tubuh manusia yang masih hidup. Tentu saja manusia tidak mau dirasuki oleh roh-roh gentayangan tersebut. Oleh karena itu ketika malam menjelang tanggal 31 Oktober, para penduduk desa mematikan api yang menyala dalam rumah sehingga tubuh mereka menjadi dingin dan roh tidak mau memasukinya.
Agar roh semakin menjauh, mereka lalu memakai pakaian yang menakutkan dan berkeliling desa dengan membunyikan suara-suara yang berisik untuk menakut-nakuti roh gentayangan. Lantas apa yang terjadi dengan mereka yang terasuki oleh roh gentayangan? Menurut kisahnya bangsa Celtic akan membakar mereka yang kerasukan sebagai pelajaran bagi roh-roh lainnya agar tidak berani lagi merasuk ke tubuh manusia.
Pergeseran Nilai
Apa yang terlihat merupakan kegiatan ritual yang dilakukan oleh orang-orang Druid di Amerika Utara dan Eropa. Tak dapat dipungkiri bahwa pada setiap perayaan Halloween yang diadakan, khususnya di dunia Barat telah melenceng dari tujuan yang sebenarnya. Kesakralan yang seharusnya tampak pada sebuah prosesi ritual religi atau kepercayaan telah berubah menjadi kegiatan hiburan semata yang tak bermakna. Bahkan konon telah bergeser menjadi suatu ritual sekte yang berfokus pada sekitar darah, pesta seks, kematian, kengerian dan ilmu hitam. Apalagi prosesi ritual didukung dengan atribut yang mencerminkan kengerian, keangkeran dunia kegelapan setan yang menggambarkan karakter kejahatan dan keburukan. Mereka beranggapan dengan kamuflase kostum dan topeng akan dapat menyembunyikan dan menghindari agar tidak dikenali oleh roh-roh jahat.
Metode dan cara perayaan yang demikian kemungkinan dapat merupakan semacam bentuk pemujaan setan atau seperti shamanisme tradisional dalam mengubah kepribadian pemakai. Suatu pola animisme. Jelas sekali hal ini mencampakkan nilai-nilai moral manusia, moral spiritual maupun moral humanis. Ritual yang menyesatkan menafikan unsur kemanusiaan karena biasanya diikuti dengan persembahan atau pengorbanan tertentu dan membangun spiritualitas jalannya sendiri dengan pola-pola yang tidak benar. Moralitas modern kehilangan standar mutlak yang berakibat pada kehancuran semua struktur moral.
Nilai-nilai moral kesucian sebagai simbol kemenangan atas kejahatan yang dipersonifikasikan dengan simbol setan, semakin bergeser dan dipahami dengan pola dan cara yang salah. Sebagian besar atribut Halloween mengingatkan pada hal-hal yang berbau mistis yang berkaitan erat dengan masyarakat Druid dalam menyambut tahun baru. Masyarakat Druid dipengaruhi oleh pemimpin aliran, penyihir dan kepercayaan yang ada. Bahkan Halloween sering rancu atau sering dikacaukan dengan ajaran dan hari-hari perayaan umat Kristen.
Melihat fenomena perayaan yang demikian, kiranya sangat penting untuk menimbang kembali perayaan Halloween. Atau bila perlu makna ritual perayaan harus diluruskan kembali sesuai dengan tujuan awalnya yakni peringatan terhadap orang-orang suci yang mati sebagai martir. Disadari atau tidak sebenarnya ketika perayaan Halloween diadakan dengan metode dan cara yang salah mereka terjebak dan masuk dalam perangkap setan, ke sebuah ritual pemujaan setan. Jika demikian masih perlukah perayaan ini digelar?
Pendeta Joko Priatno dari Biro Pengkabaran Injil dan Keesaan Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) dengan tegas menyatakan bahwa dalam agama Kristen tidak pernah mengenal perayaan Halloween sebagai perayaan umat Kristen. Sebenarnya perayaan tersebut merupakan adopsi dari kebudayaan Barat terutama Amerika Serikat yang dikenal mempunyai penganut agama Kristen yang cukup banyak. Memang pada realitasnya mayoritas pengikut perayaan Halloween adalah umat Kristen. Namun perlu diingat banyak orang ‘kafir’ (tak bertuhan) mengklaim sebagai penganut Kristen. “Salah besar apabila Halloween dianggap sebagai perayaan Kristen, sebab dalam ajaran Kristen sangat jelas tidak mempercayai atau mengimani arwah-arwah orang mati maupun roh-roh. Yang boleh diimani atau dipercaya hanya satu yakni Allah,” jelasnya.
Bentuk kepercayaan semacam itu berkaitan erat dengan tradisi masyarakat tradisional yang masih kental dengan kepercayaan animisme. Boleh dikatakan bahwa kepercayaan dan tradisi yang berkembang tradisional tersebut teradopsi dalam sebuah masyarakat modern yang parahnya dimasukkan dalam bingkai keagamaan yang jelas-jelas punya pandangan bertentangan. “Dengan menggunakan kostum atau pakaian menyeramkan, dandanan dibuat semirip mungkin dengan imajinasi setan, menunjukkan bahwa hal ini bukanlah suatu perayaan suci. Dan tentunya sebuah perayaan keagamaan berkaitan dengan kekudusan bukan sesuatu yang menyeramkan,” tegas pendeta Joko

HANTU-HANTU HALLOWEEN
Posted by Agusti on Sep 11, ’08 11:35 PM for everyone

Ada tengkorak tergantung di tengah rak barang di super market—dan topeng zombi plastik, nisan buatan, jaring laba-laba? Betul, masih jauh memang ke akhir Oktober, tetapi berbagai super market sudah sama-sama curi start dengan memajang deretan benda-benda untuk perayaan Halloween. Hantu-hantu itu telah siap dipasarkan.

Bagi saya, Halloween barangkali adalah salah satu perayaan (festival) yang sulit dimaknai. Ketika tanggal 31 Oktober orang-orang berpakaian aneh dan menyeramkan, dan tentu bepesta; anak-anak membawa lentera dan mengetuk pintu-pintu rumah meminta suguhan permen (trick or treat); ada kontradiksi kultural masyarakat modern yang mencolok. Jawaban saya, terutama karena konteks lingkungan yang merayakannya adalah masyarakat Barat.

Sedikit sejarah: Halloween yang sekarang menular bahkan ke negara-negara non-Barat seperti Indonesia, adalah tradisi pasca panen yang berawal dari Irlandia. Tentu masih pada zaman pagan; perayaan budaya Celtic kuno yang semula bernamakan “samhain”. Perayaan ini menandai akhir musim panen yang juga lazim dirayakan dalam berbagai budaya bangsa lain.

Asal muasal Halloween atau samhain diperingati dengan menyembelih ternak untuk disimpan dalam menghadapi musim dingin, berikut penyimpanan hasil panen lainnya. Titik batas masuknya musim dingin dianggap sebagai perbatasan antara dunia yang hidup dan yang mati. Mereka yang telah mati disebut dapat membahayakan masyarakat melalui bermacam penyakit, bahkan, gagal panen. Sebagai bentuk sesajiannya adalah melemparkan tulang-tulang hewan yang disembelih. Untuk memperdaya para hantu dan setan yang bergentayangan, orang-orang pun mengenakan berbagai topeng dan kostum/pakaian menyeramkan.

Artinya, perayaan pasca panen bangsa Irlandia ini mirip dengan upacara yang dilakukan berbagai kelompok bangsa lainnya, termasuk di tanah air. Seperti biasa, selalu ada unsur tidak tampak, dunia lain, atau yang besifat supernatural dan dewa-dewa, yang terlibat—ketika perlindungan dimintakan. Yang membedakan halloween hanyalah bahwa orang-orang juga melakukan peniruan fisik terhadap makhluk-makhluk dunia lain itu. Manusia ikut menjadi hantu.

Tentang lentera dari labu (jack-o-lantern), juga punya kisah tersendiri. Singkatnya, bahwa labu yang dibentuk seperti kepala dan diberi lentera itu dianggap sebagai ajimat unggul untuk mengusir para hantu. Sedangkan tradisi trick or treat menjadi bentuk sosial yang lazim dilakukan anak-anak, dengan meminta suguhan dari rumah ke rumah. Secara literal, trick or treat tidak lain bentuk ancaman “mau dikerjain atau beri hadiah”, walaupun tentu pelaksanaannya lebih bersifat hiburan.

Benar bahwa Halloween juga telah mengalami berbagai perayaan asosiatif dengan tradisi Kristiani tertentu. Namun, setahu saya, tidak ada keterpautan langsung antara keduanya, dalam hal mana Halloween tetap menjadi perayaan tersendiri. All Saints Days yang ditetapkan jatuh pada tanggal 1 November sejak abad ke-9, justru tidak ada pautannya dengan dunia para hantu dari tradisi pagan itu.

Sekarang, khususnya dalam tradisi AS dan Barat, perayaan Halloween menjadi bentuk pesta ganjil yang meriah. Para orang tua memang mengarahkan anak-anak untuk mengambil porsi meriahnya saja, melatih hubungan sosial. Para petani modern sekalipun sudah lagi tidak takut kepada para hantu. Sesembahan yang diberikan sekarang lebih pada pupuk dan pakan; sedangkan perhatian yang mengkhawatirkan lebih kepada pada pemanasan global. Namun herannya tradisi perayaannya tetap terpelihara; tentu juga berkat dedikasi chained superstore yang memasarkan serba-serbi Halloween secara lebih kreatif.

Di tahun 2007, Joel Stein dari Los Angeles Times mengkritik tradisi Halloween yang dipakai orang-orang dewasa penggila pesta sebagai alasan untuk berpesta-pora. Faktanya, ketika dunia Barat cenderung sangat skeptis [kalau tidak mentah-mentah menolak] terhadap dunia gaib dan supernatural, perayaan menghalau hantu dengan sendirinya dikonversi menjadi sekedar pesta-pesta—kali ini dengan dress code kostum apa pun yang menyeramkan. Ia pun menjadi industri besar yang menjadi sasaran party stores, bar, taman-taman hiburan sampai produser film besar Hollywood. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan latar belakang orisinal dari tradisi perayaan tutup panen bangsa Celtic itu.
HANTU-HANTU HALLOWEEN
Posted by Agusti on Sep 11, ’08 11:35 PM for everyone

Ada tengkorak tergantung di tengah rak barang di super market—dan topeng zombi plastik, nisan buatan, jaring laba-laba? Betul, masih jauh memang ke akhir Oktober, tetapi berbagai super market sudah sama-sama curi start dengan memajang deretan benda-benda untuk perayaan Halloween. Hantu-hantu itu telah siap dipasarkan.

Bagi saya, Halloween barangkali adalah salah satu perayaan (festival) yang sulit dimaknai. Ketika tanggal 31 Oktober orang-orang berpakaian aneh dan menyeramkan, dan tentu bepesta; anak-anak membawa lentera dan mengetuk pintu-pintu rumah meminta suguhan permen (trick or treat); ada kontradiksi kultural masyarakat modern yang mencolok. Jawaban saya, terutama karena konteks lingkungan yang merayakannya adalah masyarakat Barat.

Sedikit sejarah: Halloween yang sekarang menular bahkan ke negara-negara non-Barat seperti Indonesia, adalah tradisi pasca panen yang berawal dari Irlandia. Tentu masih pada zaman pagan; perayaan budaya Celtic kuno yang semula bernamakan “samhain”. Perayaan ini menandai akhir musim panen yang juga lazim dirayakan dalam berbagai budaya bangsa lain.

Asal muasal Halloween atau samhain diperingati dengan menyembelih ternak untuk disimpan dalam menghadapi musim dingin, berikut penyimpanan hasil panen lainnya. Titik batas masuknya musim dingin dianggap sebagai perbatasan antara dunia yang hidup dan yang mati. Mereka yang telah mati disebut dapat membahayakan masyarakat melalui bermacam penyakit, bahkan, gagal panen. Sebagai bentuk sesajiannya adalah melemparkan tulang-tulang hewan yang disembelih. Untuk memperdaya para hantu dan setan yang bergentayangan, orang-orang pun mengenakan berbagai topeng dan kostum/pakaian menyeramkan.

Artinya, perayaan pasca panen bangsa Irlandia ini mirip dengan upacara yang dilakukan berbagai kelompok bangsa lainnya, termasuk di tanah air. Seperti biasa, selalu ada unsur tidak tampak, dunia lain, atau yang besifat supernatural dan dewa-dewa, yang terlibat—ketika perlindungan dimintakan. Yang membedakan halloween hanyalah bahwa orang-orang juga melakukan peniruan fisik terhadap makhluk-makhluk dunia lain itu. Manusia ikut menjadi hantu.

Tentang lentera dari labu (jack-o-lantern), juga punya kisah tersendiri. Singkatnya, bahwa labu yang dibentuk seperti kepala dan diberi lentera itu dianggap sebagai ajimat unggul untuk mengusir para hantu. Sedangkan tradisi trick or treat menjadi bentuk sosial yang lazim dilakukan anak-anak, dengan meminta suguhan dari rumah ke rumah. Secara literal, trick or treat tidak lain bentuk ancaman “mau dikerjain atau beri hadiah”, walaupun tentu pelaksanaannya lebih bersifat hiburan.

Benar bahwa Halloween juga telah mengalami berbagai perayaan asosiatif dengan tradisi Kristiani tertentu. Namun, setahu saya, tidak ada keterpautan langsung antara keduanya, dalam hal mana Halloween tetap menjadi perayaan tersendiri. All Saints Days yang ditetapkan jatuh pada tanggal 1 November sejak abad ke-9, justru tidak ada pautannya dengan dunia para hantu dari tradisi pagan itu.

Sekarang, khususnya dalam tradisi AS dan Barat, perayaan Halloween menjadi bentuk pesta ganjil yang meriah. Para orang tua memang mengarahkan anak-anak untuk mengambil porsi meriahnya saja, melatih hubungan sosial. Para petani modern sekalipun sudah lagi tidak takut kepada para hantu. Sesembahan yang diberikan sekarang lebih pada pupuk dan pakan; sedangkan perhatian yang mengkhawatirkan lebih kepada pada pemanasan global. Namun herannya tradisi perayaannya tetap terpelihara; tentu juga berkat dedikasi chained superstore yang memasarkan serba-serbi Halloween secara lebih kreatif.

Di tahun 2007, Joel Stein dari Los Angeles Times mengkritik tradisi Halloween yang dipakai orang-orang dewasa penggila pesta sebagai alasan untuk berpesta-pora. Faktanya, ketika dunia Barat cenderung sangat skeptis [kalau tidak mentah-mentah menolak] terhadap dunia gaib dan supernatural, perayaan menghalau hantu dengan sendirinya dikonversi menjadi sekedar pesta-pesta—kali ini dengan dress code kostum apa pun yang menyeramkan. Ia pun menjadi industri besar yang menjadi sasaran party stores, bar, taman-taman hiburan sampai produser film besar Hollywood. Sama sekali tidak ada kaitannya dengan latar belakang orisinal dari tradisi perayaan tutup panen bangsa Celtic itu.

Apa Dibalik Halloween
Where Our Weird Rituals Originated Dimana kami Ritual Aneh Berasal

By Ken C. Erickson and Oleh Ken C. Erickson dan
Patricia Sunderland Patricia Sunderland
Special to The Washington Post Khusus untuk The Washington Post
Wednesday, October 14, 1998; H01 Rabu, 14 Oktober 1998; H01
Halloween, perhaps our weirdest annual celebration, is even stranger than it seems. Halloween, mungkin perayaan kami paling aneh tahunan, bahkan orang asing daripada tampaknya. Unlike the Fourth of July and Thanksgiving, it is neither patriotic nor historical, yet it is celebrated nationally. Berbeda dengan Empat Juli dan Thanksgiving, itu bukan patriotik atau sejarah, namun dirayakan secara nasional. Unlike Christmas, Easter or Passover, Halloween is not associated with a particular religion. Tidak seperti Natal, Paskah atau Paskah, Halloween tidak terkait dengan agama tertentu. Yet it weaves spirituality, death and religious beliefs into our present and historical imaginations. Namun menjalin spiritualitas, kematian dan keyakinan agama ke dalam imajinasi kita sekarang dan sejarah.
Halloween is hugely popular, infused with its own set of immediately recognizable symbols, rituals and stories. Halloween adalah sangat populer, diresapi dengan mengatur sendiri segera dikenali, ritual simbol dan cerita. Yet most Americans have little, if any, sense of the hidden meanings and motives of the event in which they so enthusiastically participate. Namun kebanyakan orang Amerika memiliki sedikit, jika ada, rasa makna tersembunyi dan motif dari peristiwa di mana mereka sangat antusias berpartisipasi.
Even its origin is complex and uncertain. Bahkan asal-usulnya adalah kompleks dan tidak pasti. Many Americans have heard rumblings that Halloween is a “pagan” or pre-European-Christian holiday with roots in Celtic traditions. Amerika Banyak orang telah mendengar gemuruh bahwa Halloween adalah “kafir” atau liburan pra-Eropa-Kristen dengan akar dalam tradisi Celtic. A common and slightly elaborated version of this notion holds that Halloween is a descendent of the Celtic Samhain festival, which, on November 1, marked both the Celtic New Year and the day during which dead souls were believed to revisit Earth. Sebuah versi umum dan sedikit diuraikan tentang pandangan ini berpendapat bahwa Halloween adalah keturunan dari festival Samhain Celtic, yang, pada tanggal 1 November, ditandai baik Celtic Tahun Baru dan hari di mana jiwa-jiwa mati diyakini untuk mengunjungi Bumi.
But the name “Halloween” has distinctly Christian origins. Tapi nama “Halloween” memiliki asal-usul jelas Kristen. In efforts to stop seemingly non-Christian celebrations, the Roman Catholic Church incorporated Samhain festivities into the Christian calendar. Dalam upaya untuk menghentikan tampaknya perayaan non-Kristen, Gereja Katolik Roma perayaan Samhain dimasukkan ke dalam kalender Kristen.
In 731 AD, November 1 was declared All Saints’ Day (All Hallows Day). Pada 731 AD, 1 November dinyatakan All Saints ‘Day (All Day Hallows). October 31 thus became All Hallows Eve, in time shortened to “Halloween.” 31 Oktober sehingga menjadi Semua Hawa Hallows, dalam waktu disingkat menjadi “Halloween.” Even with the encouragement of activities such as masquerading pageants of saints and the further, complicating step of adding Nov. 2 as All Souls Day to the church calendar after the year 1000, some “non-Christian” elements survive in Halloween. Bahkan dengan dorongan kegiatan seperti menyamar kontes orang-orang kudus dan langkah, lebih rumit dari penambahan 2 November sebagai All Day Souls ke kalender gereja setelah tahun 1000, beberapa “non-Kristen” elemen bertahan di Halloween.
Some elements, however, have a distinctively Native American heritage. Beberapa unsur, bagaimanapun, memiliki warisan khas asli Amerika. One key symbol-the pumpkin-was unknown to Europeans before Columbus. Satu simbol kunci-labu-tidak diketahui untuk Eropa sebelum Columbus. But it was part of the sacred trinity of native American foods: squash, beans and maize, which appears in the form of candy corn and the corn shocks that decorate front porches. Tapi itu bagian dari trinitas suci makanan asli Amerika:, labu kacang-kacangan dan jagung, yang muncul dalam bentuk jagung permen dan guncangan jagung yang menghiasi beranda depan. The original European version of the jack-o’-lantern was a turnip. Eropa Versi asli dari jack-o’-lantern adalah lobak.
Some students of the holiday maintain that trick-or-treating is linked to Irish Samhain traditions and thus became popular about the time that the Irish began immigrating to the United States in large numbers. Beberapa siswa dari liburan mempertahankan bahwa trik-atau-memperlakukan ini terkait dengan tradisi Samhain Irlandia dan dengan demikian menjadi populer tentang waktu bahwa Irlandia mulai berimigrasi ke Amerika Serikat dalam jumlah besar. Presumably during Samhain, people opened their doors and provided food to the wandering dead, so people eventually started dressing like wandering dead souls and demanding food. Agaknya selama Samhain, orang-orang membuka pintu dan menyediakan makanan kepada orang mati berkeliaran, sehingga orang akhirnya mulai berpakaian seperti mengembara jiwa mati dan menuntut makanan.
Others suspect that the custom was introduced to replace, or at least mitigate, the pranks or even destruction that typically accompanied the holiday even in the most conservative rural communities. Lain-lain menduga bahwa kebiasaan diperkenalkan untuk menggantikan, atau setidaknya mengurangi, pranks atau bahkan kehancuran yang biasanya disertai liburan bahkan di masyarakat pedesaan yang paling konservatif.
In Hoxie, a town of 1,500 in northwest Kansas, senior community members recall that, in the old days, “a certain number of outhouses became horizontal,” when loose items such as garden hoses, trash cans and lawn furniture were dragged onto Main Street to block traffic the next morning. Dalam Hoxie, sebuah kota di barat laut 1.500 Kansas, anggota masyarakat senior ingat bahwa, di masa lalu, “menjadi sejumlah outhouses horisontal,” ketika item longgar seperti selang taman, tempat sampah dan perabotan halaman diseret ke Main Street untuk memblokir lalu lintas pagi berikutnya.
However, trick-or-treating may be a relatively recent phenomenon coinciding with population shifts from rural to urban and suburban environments. Namun, trik-atau-memperlakukan mungkin merupakan fenomena yang relatif baru-baru ini bertepatan dengan pergeseran penduduk dari desa ke lingkungan perkotaan dan pinggiran kota. It is, after all, difficult to go door to door when the doors are miles apart. Hal ini, setelah semua, sulit untuk pergi dari pintu ke pintu ketika pintu mil terpisah. Despite popular laments that Halloween is no longer the holiday “it always has been,” folklorist Tad Tuleja argues that trick-or-treating may have developed during the 1930s as a means to control young people’s Halloween night pranks. Meskipun populer menyesalkan bahwa Halloween tidak lagi hari libur “selalu telah,” berpendapat cerita rakyat Tad Tuleja bahwa trik-atau-memperlakukan mungkin telah dikembangkan selama tahun 1930-an sebagai alat untuk mengontrol anak-anak muda Halloween pranks malam.

The words “trick or treat” apparently were not in use until 1941, when they first appear in files of Merriam-Webster, Inc., after being used as the title of a poem in The Saturday Evening Post. Kata-kata “trick or treat” tampaknya tidak digunakan sampai tahun 1941, ketika mereka pertama kali muncul di file dari Merriam-Webster, Inc, setelah digunakan sebagai judul sebuah puisi di The Saturday Evening Post. According to the Oxford English Dictionary, the phrase “trick-or-treating” first appeared in The Sun in Baltimore in 1950. Menurut Kamus Inggris Oxford, frase “trik-atau-memperlakukan” pertama kali muncul di The Sun di Baltimore pada tahun 1950. But the practice may be considerably older. Tapi praktik mungkin jauh lebih tua.
Finally, many students of folklore see in Halloween a connection to England’s Guy Fawkes Day, the Nov. 5 commemoration of a foiled attempt to blow up the king and Parliament in the Gunpowder Plot of 1605. Akhirnya, banyak siswa dari cerita rakyat melihat dalam Halloween koneksi ke Inggris Guy Fawkes Day, 5 November peringatan dari menggagalkan upaya untuk meledakkan raja dan Parlemen di Plot Bubuk Mesiu dari 1605. Guy Fawkes Day features bonfires, children soliciting “a penny for the guy” and pranking. Guy Fawkes Hari fitur api unggun, anak-anak meminta “satu sen untuk pria” dan pranking.
Halloween also may be related to early American harvest festivals, with apple bobbing, hayrides, and many local variations of games to divine the identity of a future mate. Halloween juga mungkin berhubungan dengan awal festival panen Amerika, dengan terayun-ayun apel, hayrides, dan variasi lokal banyak permainan untuk ilahi identitas pasangan masa depan. Those games probably derive from traditional beliefs in Britain and Ireland that spirits loosed on Halloween made the day particularly good for augury. Game-game mungkin berasal dari kepercayaan tradisional di Inggris dan Irlandia bahwa roh-roh dilepaskan pada hari Halloween yang dibuat sangat baik untuk ilmu nujum.
Connections to death, disorder, endings and to what Western traditions take to be the separate and set-apart world of the spirits all are consistent elements in tales about Halloween’s origin. Koneksi ke kematian, gangguan, akhiran dan untuk apa tradisi Barat mengambil menjadi dunia terpisah dan set-terpisah dari roh semua elemen konsisten dalam cerita tentang asal-usul Halloween itu.
Cultural anthropologists, who study the forms and meanings of human culture, have found that among the most intriguing meanings of Halloween are those listed below, each of them a window into the cultural and social dynamics of the country. Budaya antropolog, yang mempelajari bentuk dan makna budaya manusia, telah menemukan bahwa di antara makna paling menarik dari Halloween adalah mereka yang terdaftar di bawah ini, masing-masing mereka sebuah jendela ke dalam dinamika budaya dan sosial negara ini.
Dark Harvest Dark Harvest
________________________________________
The quintessential symbols of Halloween fall into three major categories. Para klasik simbol Halloween jatuh ke dalam tiga kategori utama. Symbols of death include graveyards, ghosts, skeletons, haunted houses. Simbol kematian termasuk pemakaman, hantu, tengkorak, rumah angker. Symbols of evil and misfortune are witches, goblins, black cats. Simbol kejahatan dan kemalangan adalah penyihir, goblin, kucing hitam. Symbols of harvest are pumpkins, scarecrows, corn shocks and candy corn. Simbol panen adalah labu, orangan sawah, guncangan jagung dan jagung permen.
The first two categories tap deep, irresolvable, pan-human dilemmas. Dua kategori pertama tekan dalam, tak terpecahkan, dilema pan-manusia. Ways of dealing with and symbolizing death and evil are represented in some of the earliest archaeological remains of human ritual activity. Cara berurusan dengan dan melambangkan kematian dan kejahatan yang diwakili dalam beberapa awal arkeologi sisa-sisa kegiatan ritual manusia. One traditional means of facing the reality of death is to view it as a transition and to continue a relationship with the dead. Salah satu cara tradisional menghadapi kenyataan kematian adalah untuk melihatnya sebagai transisi dan untuk melanjutkan hubungan dengan orang mati.
Oleh karena itu berbagai ritual untuk menjaga berangkat terlibat dalam dunia ini melalui improvisasi, kuburan kunjungan, doa atau komunikasi lainnya. Ideas about an afterlife or notions of ghosts and vampires also can be understood as attempts to challenge the finality and fear surrounding human mortality. Ide-ide tentang akhirat atau pengertian tentang hantu dan vampir juga dapat dipahami sebagai upaya untuk menantang finalitas dan sekitarnya ketakutan kematian manusia.
Ritual Reversals Ritual Pemulihan
________________________________________
Cultures have ways to challenge death but have a hard time beating it. Budaya memiliki cara-cara untuk menantang kematian namun mengalami kesulitan pemukulan itu. Likewise, no culture has eliminated misfortune and evil, though humans keep trying. Demikian juga, budaya tidak telah menghilangkan kemalangan dan jahat, walaupun manusia terus berusaha. Typical American methods are control and avoidance-locking up, shutting out, buckling up, watching out, staying away. metode Amerika yang tipikal adalah kontrol dan menghindari-mengunci, menutup keluar, tekuk Facebook, mengawasi, tinggal jauh.
Yet on Halloween, scary things suddenly are embraced wholeheartedly, brought to front porches and displayed. Namun pada Halloween, hal-hal menakutkan tiba-tiba dirangkul dengan sepenuh hati, dibawa ke beranda depan dan ditampilkan. And children, those innocents whom we most want to protect from death and danger, are an integral part of the annual ritual. Dan anak-anak, orang-orang tak bersalah yang kita paling ingin melindungi dari kematian dan bahaya, merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari ritual tahunan.
At Halloween, Americans are doing something that all human beings do—confronting the unknown with special symbols and rituals. Pada Halloween, Amerika sedang melakukan sesuatu yang semua manusia lakukan-menghadapi dikenal dengan simbol-simbol khusus dan ritual.
For a while, we pull these fearful and painful realities into a relatively contained and public context. Untuk sementara, kami tarik realitas ini takut dan menyakitkan ke dalam konteks yang relatif mengandung dan publik. We share them with our children. Kami membaginya dengan anak-anak kita. We create a special and safe moment during which danger and death, skeletons and strangers can safely be part of our experience. Kami menciptakan momen khusus dan aman selama bahaya dan kematian, kerangka dan asing dapat dengan aman menjadi bagian dari pengalaman kami. Then we lock our doors again and return to our everyday, safe American lives. Lalu kami mengunci pintu kami lagi dan kembali ke sehari-hari kita, kehidupan Amerika aman. Halloween reverses the usual order of many things in many ways. Halloween membalikkan urutan biasa banyak hal dalam banyak cara.
Anthropologists have analyzed rituals of reversal in settings around the world. Antropolog telah menganalisis ritual pembalikan dalam pengaturan di seluruh dunia. Days when the living walk around as if dead, and the dead are thought to walk around as if living, are not that unusual. Hari-hari ketika hidup berjalan-jalan seolah-olah mati, dan yang mati diduga berjalan-jalan seolah-olah hidup, tidak begitu biasa. In fact, Halloween can be seen as the American inversion ritual par excellence. Bahkan, Halloween dapat dilihat sebagai keunggulan ritual inversi nominal Amerika.
During rituals of inversion, people can violate otherwise solid social codes. Selama ritual inversi, orang dapat melanggar kode sosial dinyatakan solid. Less powerful people can break the rules, reverse the order of expected actions, flaunt otherwise unacceptable ways of dress or behavior or reverse the usual roles of parent-child, boss-worker, male-female. Kurang orang kuat dapat melanggar aturan, membalik urutan tindakan yang diharapkan, memamerkan cara dinyatakan tidak dapat diterima gaun atau perilaku atau sebaliknya biasa peran orangtua-anak, bos-pekerja, laki-laki-perempuan.
Thus, it is common to see groups of children “threatening” adults for candy. Jadi, adalah umum untuk melihat kelompok anak-anak “mengancam” orang dewasa untuk permen. Everyday people don masks of the famous. Setiap hari orang don topeng yang terkenal. Adults dress like children and children like adults. Orang dewasa berpakaian seperti anak-anak dan anak-anak seperti orang dewasa. Pranks and mockery ordinarily not allowed become commonplace. Pranks dan ejekan biasanya tidak diperbolehkan menjadi biasa.
In the past, many anthropologists focused on the conservative functions of rituals, considering the reversals a sort of social pressure-release valve. Dalam, antropolog terakhir banyak difokuskan pada fungsi konservatif ritual, mengingat pembalikan semacam katup tekanan-release sosial. In this view, the Halloween ritual means something like: Dalam pandangan ini, ritual Halloween berarti sesuatu seperti:
“Let the children eat as much candy as they want, let the poor be rich, let the dead walk the Earth, let us get scared out of our wits and let us make fun of those we usually must respect. Afterward, we’ll be better able to cope with, and settle for, our usual lives.” “Biarkan anak-anak makan permen sebanyak yang mereka inginkan, membiarkan orang miskin menjadi kaya, membiarkan orang mati berjalan Bumi, mari kita merasa takut keluar dari kecerdikan kita dan membiarkan kita membuat olok orang-orang biasa kita harus menghormati. Setelah itu, kami akan lebih mampu mengatasi, dan puas, kehidupan biasa kita. ”

Celebrating youngsters create their own pumpkin patch. (The Post) Merayakan anak muda membuat patch labu mereka sendiri. (Post)
But that doesn’t get at the power of ritual to make everyday life different. Tapi itu tidak mendapatkan pangkat ritual untuk membuat kehidupan sehari-hari yang berbeda.
More recently, anthropologists have shown that maintaining the status quo is not the only result of rituals of reversal. Baru-baru ini, ahli antropologi telah menunjukkan bahwa mempertahankan status quo bukanlah hasil hanya ritual pembalikan. The rituals can actually reshape the usual order of things. Ritual sebenarnya dapat membentuk kembali urutan hal-hal biasa.
For instance, the gay community has actively used the holiday to assert a new and more visible social presence and power. Sebagai contoh, komunitas gay telah digunakan secara aktif liburan untuk menegaskan kehadiran sosial baru dan lebih terlihat dan kekuasaan. The fantasy elements of masquerade, which temporarily permit one to be virtually whomever he or she wants to be, can foster true personal liberation and change. elemen fantasi dari beberapa masquerade, yang sementara mengizinkan seseorang untuk hampir siapa dia ingin, dapat memupuk pembebasan pribadi benar dan perubahan. Playing a Halloween prank on a too-serious boss may change the tone of the office after the holiday. Memainkan Halloween lelucon pada bos terlalu serius dapat mengubah nada kantor setelah liburan.
The ritual reversals of Halloween also have potential power for children, serving as an opportunity to go to the door of the spooky house, visit a graveyard or visit the otherwise not-too-friendly neighbor. pembalikan Ritual Halloween juga memiliki potensi kekuatan untuk anak-anak, melayani sebagai kesempatan untuk pergi ke pintu rumah seram, kunjungi kuburan atau kunjungi tetangga dinyatakan tidak terlalu ramah.
Nevertheless, Halloween is still profoundly about sociability and norms. Namun demikian, Halloween masih mendalam tentang keramahan dan norma. Reversals must fall within socially prescribed boundaries. Pemulihan harus berada dalam batas-batas sosial yang ditentukan. Pranks and jokes are not supposed to cause permanent harm. Pranks dan lelucon yang tidak seharusnya menyebabkan kerusakan permanen. Children are expected to say thank you at the door. Anak-anak diharapkan untuk mengucapkan terima kasih di pintu. Halloween can reinforce neighborliness and pro-social behavior. Halloween dapat memperkuat bertetangga dan perilaku pro-sosial.
Horror Stories Cerita Horor
________________________________________
The symbols and rituals of Halloween link disorder and danger with cultural ideas about order and safety. Simbol dan ritual gangguan link Halloween dan bahaya dengan ide-ide budaya tentang ketertiban dan keamanan. But chaos still lurks, in reality or, much more often, in durable legends. Tapi kekacauan masih mengintai, dalam kenyataan atau, lebih sering, dalam legenda tahan lama.
Virtually everyone has heard at least one story about poison or razor blades in apples, hypodermics in candy or dangerous items in grab bags. Hampir semua orang telah mendengar setidaknya satu cerita tentang racun atau pisau cukur dalam apel, hypodermics dalam permen atau barang berbahaya dalam kantong ambil. Each year, these stories are revived, and precautions are taken. Setiap tahun, kisah-kisah ini kembali, dan tindakan pencegahan yang diambil. Some call for an end to trick-or-treating, many parents allow children to visit only homes of people they know and many hospitals provide free candy X-ray service. Beberapa panggilan untuk mengakhiri trik-atau-memperlakukan, banyak orang tua membiarkan anak untuk mengunjungi rumah hanya orang yang mereka kenal dan banyak rumah sakit menyediakan layanan permen X-ray bebas. Every year, new horror stories emerge, and old ones are retold. Setiap tahun, cerita horor baru muncul, dan orang tua yang diceritakan kembali.
Many social analysts have reasoned that these stories, while often thought true, are really examples of “urban legends” in the making, much the same as accounts of giant alligators in city sewers or rodents in soft-drink bottles. Banyak analis sosial beralasan bahwa kisah-kisah ini, sementara sering berpikir benar, benar-benar contoh “legenda perkotaan” dalam pembuatan, sama seperti rekening buaya raksasa di selokan kota atau hewan pengerat di botol minuman ringan. Horrible Halloween incidents occur occasionally. Halloween mengerikan insiden terjadi sesekali. But how many people have firsthand evidence of someone hurt by Halloween candy? Tapi berapa banyak orang yang memiliki bukti langsung dari seseorang terluka oleh permen Halloween? Seen in context, our fears about dangerous treats often seem more like ritual retellings than strictly rational worries. Dilihat dalam konteks, ketakutan kita tentang berbahaya memperlakukan sering tampak lebih seperti retellings ritual dari kekhawatiran ketat rasional.
Shopping malls and many schools now offer a “safe” alternative to neighborhood trick-or-treating so children will not be exposed to presumed danger. Pusat-pusat perbelanjaan dan banyak sekolah sekarang menawarkan yang “aman” alternatif untuk lingkungan trik-atau-memperlakukan sehingga anak-anak tidak akan terkena bahaya diduga. Local customs have changed accordingly. adat istiadat lokal telah berubah sesuai. A resident of Severn, Md., says that “no one hands out any homemade items or home-filled treat bags, knowing that, when the children get home, their parents will” trash those items. Seorang penduduk Severn, Md, mengatakan bahwa “tidak ada tangan keluar setiap item buatan sendiri atau tas memperlakukan rumah-diisi, mengetahui bahwa, ketika anak-anak pulang, orang tua mereka akan” sampah barang-barang.
Strictly speaking, however, one should have no more reason to trust mall shopkeepers, whom the family does not know personally, than to mistrust people a few blocks away in another neighborhood. Tepatnya, bagaimanapun, kita harus tidak memiliki lebih banyak alasan untuk percaya pemilik toko mal, siapa keluarga tidak tahu secara pribadi, daripada orang ketidakpercayaan beberapa blok jauhnya di lingkungan lain. But the warnings and annual repetition of horror stories are expressions of society’s profound belief that the world is a scary place for children, who need protection, especially from individual, unaffiliated strangers. Tetapi peringatan dan pengulangan tahunan cerita horor merupakan ekspresi keyakinan mendalam masyarakat bahwa dunia adalah tempat yang menakutkan untuk anak-anak, yang membutuhkan perlindungan, terutama dari individu, orang asing yang tidak terafiliasi.
The Market for Fright Pasar untuk Fright
________________________________________
As a result, tension often is genuine between the trick-or-treat tradition and increasingly mobile, unstable neighborhoods with perceived “stranger danger.” Akibatnya, ketegangan sering adalah asli antara trik-atau-memperlakukan tradisi dan semakin mobile, lingkungan tidak stabil dengan dirasakan “asing bahaya.” The marketplace has jumped to deal with such fears by minimizing the unknown. pasar telah melonjak untuk berurusan dengan rasa takut tersebut dengan meminimalkan yang tidak diketahui.
For example, every Burger King restaurant looks alike and every “treat” dispensed there is exactly what parents expect. Misalnya, setiap restoran Burger King terlihat sama dan setiap “mengobati” ditiadakan ada persis apa yang orang tua harapkan. So a Burger King executive told a food-industry trade magazine last year that “increasingly, it is more of a challenge for parents to provide a controlled, safe, fun experience. And taking kids to Burger King to get a Halloween-themed toy is . . . a safe alternative for kids.” Jadi seorang eksekutif Burger King mengatakan kepada sebuah majalah perdagangan industri makanan-tahun lalu bahwa “semakin, itu lebih merupakan tantangan bagi orang tua untuk memberikan, aman terkendali, pengalaman yang menyenangkan dan membawa anak-anak untuk Burger King. Untuk mendapatkan Halloween-mainan bertema … alternatif yang aman untuk anak-anak. ”
Recently, retailers have offered worried parents free bagels in Pittsburgh, 99-cent “monster eyes” with purchase of a Taco Bell meal and glow-in-the-dark treat buckets from Jack in the Box. Baru-baru ini, pengecer telah menawarkan orang tua khawatir bagel gratis di Pittsburgh, “mata rakasa” 99-sen dengan pembelian makan Taco Bell dan ember memperlakukan glow-in-the-gelap dari Jack in the Box. All are part of what makes Halloween a $2.5 billion bonanza for retailers. Semua adalah bagian dari apa yang membuat sebuah Halloween bonanza $ 2500000000 untuk pengecer.
Moreover, this is part of a larger message. Selain itu, ini adalah bagian dari pesan yang lebih besar. Through Halloween safety reminders and sponsored activities, children are taught that schools, hospitals, organizations and retail establishments have their interests at heart while individuals in homes do not. Melalui pengingat keselamatan Halloween dan kegiatan disponsori, anak-anak diajarkan bahwa sekolah, rumah sakit, organisasi dan perusahaan ritel memiliki kepentingan mereka di jantung ketika individu di rumah tidak.
What effect such beliefs might have on American culture remain to be seen. Apa dampak keyakinan seperti tersebut terhadap budaya Amerika tetap terlihat. But they accord nicely with one of the two major contemporary shifts in American Halloween celebration. Tapi mereka dengan baik sesuai dengan salah satu dari dua pergeseran kontemporer utama dalam perayaan Halloween Amerika. One is a transformation of the homemade neighborhood character of the event to one framed by institutions, corporations and consumer culture. Salah satunya adalah transformasi dari karakter lingkungan buatan sendiri acara satu dibingkai oleh lembaga, perusahaan dan budaya konsumen.
Because both adults and children participate and because the event involves decorations, candy, costumes and many other consumer products, Halloween is a marketer’s dream, reported to be the fastest-growing retail season. Karena orang dewasa dan anak berpartisipasi dan karena acara melibatkan dekorasi, permen, kostum dan banyak produk konsumen lainnya, Halloween adalah mimpi pemasar, dilaporkan menjadi musim ritel paling cepat berkembang. Market researchers say 78 percent of households distributed treats in 1996. Pasar peneliti mengatakan 78 persen rumah tangga didistribusikan memperlakukan pada tahun 1996. Halloween ranks as the leading holiday for US candy sales, ahead of Christmas for the $20 billion annual US confection industry. Halloween peringkat sebagai hari libur terkemuka untuk penjualan permen AS, menjelang Natal untuk industri US $ 20 miliar konpeksi tahunan.
Tita Rutledge, owner of a Baltimore costume shop, says the two weeks surrounding Halloween generate one-third of her store’s total annual income. Tita Rutledge, pemilik toko kostum Baltimore, mengatakan dua minggu Halloween menghasilkan sekitar sepertiga dari total pendapatan tahunan toko-nya. House and party decorations sell briskly nationwide. Rumah dan dekorasi pesta menjual cepat nasional. Holiday packaging, on cereal, for instance, and product tie-ins from costumes to coupons increase every year. kemasan Holiday, pada sereal, misalnya, dan dasi produk-in dari kostum untuk kupon meningkat setiap tahunnya. “Slasher” movies light up the marquees; mock haunted houses for neighborhood fun or organizational profit pop up from coast to coast. “Slasher” film menerangi tenda-tenda; rumah berhantu mengejek untuk bersenang-senang atau keuntungan organisasi lingkungan pop up dari pantai ke pantai.
Adults Dewasa
________________________________________
The second major trend in US Halloween customs is an increasing tendency to regard the holiday as one also for adults. Kecenderungan besar kedua di pabean AS Halloween adalah kecenderungan yang meningkat untuk menganggap liburan sebagai salah satu juga untuk orang dewasa. Halloween has joined New Year’s Eve and Super Bowl Sunday as the most popular party dates for American adults. Halloween telah bergabung Malam Tahun Baru dan Super Bowl Minggu sebagai pihak yang paling populer tanggal untuk orang dewasa Amerika. As one shop owner summed up the situation: “Halloween is becoming more of an adult holiday. Parents don’t want their kids out trick-or-treating, so they have more time for themselves.” Sebagai salah satu pemilik toko menyimpulkan situasi: “. Halloween menjadi lebih dari sebuah liburan dewasa orang tua tidak ingin anak-anak mereka keluar trik-atau-memperlakukan, sehingga mereka memiliki lebih banyak waktu untuk diri mereka sendiri.”
Anthropologists expect customs and cultural traditions to change over time. Antropolog berharap adat dan tradisi budaya untuk berubah dari waktu ke waktu. Baltimore provides an interesting nearby example of the way Halloween seems to be melding with other, primarily adult, events. Baltimore memberikan contoh dekat yang menarik dari cara Halloween tampaknya penyatuan dengan yang lain dewasa, terutama, kejadian.
One is the Maryland Renaissance Festival, now in its 22nd consecutive year. Salah satunya adalah Maryland Renaissance Festival, sekarang dalam 22 tahun berturut-turut. The festival, which occurs on weekends for two months preceding Halloween, encourages costuming, and some buying and renting by adults is done for the festival. Festival, yang terjadi pada akhir pekan selama dua bulan sebelumnya Halloween, mendorong costuming, dan beberapa membeli dan menyewa oleh orang dewasa dilakukan untuk festival. Another such event is a local novelty, the Halloween wedding. Lain acara tersebut merupakan hal baru lokal, pernikahan Halloween.
Rutledge describes outfits she made for a Halloween wedding last year. Rutledge menggambarkan pakaian dia dibuat untuk pernikahan Halloween tahun lalu. The bride wore a red velvet dress a la Queen Isabella of Spain, and the groom wore matching doublet and tights. Pengantin wanita mengenakan gaun beludru merah ala Ratu Isabella dari Spanyol, dan pengantin pria mengenakan pencocokan doublet dan celana ketat. The father of the bride was festooned in a blue velvet tunic, tights and boots. Ayah dari pengantin wanita itu dihiasi dengan tunik beludru biru, celana ketat dan sepatu bot. The bride’s mother appeared in a yellow underdress with blue brocade top. Ibu pengantin muncul dalam underdress kuning dengan atas brokat biru. The noble nature of the costume choices made a good fit for a wedding, where high style and ceremonial dress are already the rule. Sifat mulia pilihan kostum membuat cocok untuk pernikahan, di mana gaya berpakaian tinggi dan seremonial sudah aturan.
A manager at Baltimore’s A&M Costume Gallery also cites increased Halloween wedding business, though she describes the typical mode as bride and groom dressed in conventional white while guests are costumed for Halloween. Seorang manajer di Baltimore’s A & M Kostum Galeri juga mengutip meningkatkan bisnis pernikahan Halloween, meskipun ia menjelaskan modus khas sebagai pengantin mengenakan konvensional tamu sementara putih berkostum untuk Halloween.
Rutledge also describes a Cinderella Halloween wedding featuring glass slippers and gold painted pumpkins. Rutledge juga menjelaskan pernikahan Cinderella Halloween menampilkan sandal kaca dan labu dicat emas.
Over time, will such intermingling and merging of celebrations result in new Halloween stories? Seiring waktu, akan seperti pembauran dan penggabungan hasil dalam kisah-kisah perayaan Halloween baru? Will researchers soon examine evidence and imagine that Halloween was the Celtic time for marriages? peneliti akan segera memeriksa bukti dan membayangkan bahwa Halloween adalah waktu Celtic untuk pernikahan? Will we see a direct connection between “who-will-I-marry?” Apakah kita melihat hubungan langsung antara “yang-akan-aku-menikah?” divination games once popular as a Halloween activity and Halloween wedding parties? ramalan pernah populer sebagai aktivitas Halloween dan pesta pernikahan Halloween game?
New forms of Halloween seem to be burgeoning, particularly in urban areas where anthropologists often seek rapid cultural change. bentuk baru Halloween tampaknya berkembang, khususnya di daerah perkotaan dimana antropolog sering mencari perubahan budaya yang cepat.
Halloween is a continually fascinating aspect of the constantly changing social world and of human’s seemingly boundless capacity to invent traditions, confront danger and death in novel ways and remake symbols to fit new realities. Halloween adalah aspek yang terus-menerus menarik dari dunia sosial yang terus berubah dan kemampuan manusia tampaknya tak terbatas untuk menciptakan tradisi, menghadapi bahaya dan kematian dengan cara baru dan simbol remake untuk menyesuaikan realitas baru.
Ken C. Erickson, an anthropologist, is director of the Center for Ethnographic Research at the University of Missouri at Kansas City. Ken C. Erickson, antropolog, adalah direktur dari Pusat Penelitian Etnografi di University of Missouri di Kansas City.

Share on facebook
Facebook
Share on twitter
Twitter
Share on linkedin
LinkedIn

Leave a Reply