Ketika aku membaca novel ini, agak sulit untuk membayangkan tokoh-tokoh yang diceritakan. Seperti Presiden Rossevelt, Harry Truman, May Ling dan tokoh-tokoh lainnya. Aku tidak tahu seperti apa wajah dan suara mereka. Terutama, karena terdapat perbedaan etika di antara negara (tempat mereka tinggal) satu dengan lainnya.
Sebuah identitas tentu sangat penting. Saat Allan berlabuh di Amerika, ia ditanya mengenai identitasnya.
“Nama?”
“Kebangsaan?”
“Profesi?”
“Tujuan kunjungan ke Amerika?”
Sekilas terkesan sedikit seperti interogasi. Namun, memang itulah tujuan dari pertanyaan-pertanyaan tersebut. Yakni biar saling mengetahui identitas satu sama lain, dan timbul kejelasan supaya terhindar dari saling mencurigai.
Ada hal yang menarik pada bab sembilan. Ketika Oppenheimer, seorang fisikawan dari Jerman, sedang berdiskusi dengan rekan-rekan kerjanya tentang bom uranium akibat kebingungan, Allan nyeletuk tentang bagaimana uranium seharusnya diledakkan serta tahap-tahap kritis dan tidaknya.
Percakapan antara Oppenheimer dan Allan menunjukkan dua sifat seseorang; teoritis dan praksis. Oppenheimer memang terkenal sebagai seorang jenius yang teoritis. Sedangkan Allan, adalah seorang praksis yang hanya belajar mengenai bom secara otodidak dan berdasar pengalaman saja. Dan sekarang, Oppenheimer sedang dihadapkan pada permasalahan yang rumit, yang tanpa disangka-sangka, dapat diselesaikan oleh celetukan seorang penuang kopi. Dari kejadian ini dapat ditarik kesimpulan, bahwa jika ingin sesuatu tercapai dengan baik, teori dan praktik haruslah seimbang.
Ceritanya, mereka sedang menjalankan misi dengan kerahasiaan tingkat tinggi, atas perintah langsung dari Presiden Rossevelt. Misi tersebut dinamai Misi Rahasia Manhattan. Setelah mengeksekusi pendapat Allan, akhirnya bom pun berhasil diciptakan. Dan, uji coba pertama akan diluncurkan di kota Hiroshima dan Nagasaki.
Peluncuran bom di Hiroshima dan Nagasaki adalah serangan balasan Amerika kepada Jepang. Itu karena, sebelumnya, secara tiba-tiba, Jepang menyerang pangkalan militer Amerika di Pearl Harbour, Hawai. Pengeboman ini menjadi pukulan telak bagi Jepang, dan secara tidak langsung, menegaskan kepada negara-negara lain bahwa kini Amerika telah memiliki bom atom.
Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Iqbal Maulana Yusuf | Penyunting Ridwan Malik