Andai,
utusan Allah tak menempuh perjalanan
nun jauh di mata mungkin,
detik ini umat muslim bergelimang kelelahan
yang menarik erat waktu
membuat manusia bergerak
pada fananya kehidupan.
Namun mengapa?
Mengapa setelah diberi banyak gerak
manusia sering kali melampaui ambang batas
menciptakan surga sendiri
yang tak dirindukan Sang Nabi.
Waktu menjadi serba salah dan
tinta hitam terus mengitarinya
itu mengapa kita harus memenjarakan nafs
meski kita naffasa.
Nafsu dan naffasa
tak bisa dipisahkan seperti halnya
tubuh dan debu kecuali,
jika iman membasuhnya.