Kalaulah Gharis Ghiyadian Hafidz Bisa Nulis: I b u

aku terbaring kemudian selalu tak bisa tidur,
kata Ghalin harusnya aku ke puskesmas, rumah sakit atau dokter,
tapi aku masih berharap mereka mengerti…………..,
dan aku lebih baik terbaring kemudian tak bisa tidur.

malam senin, kebiasaanku tak bisa tidur menjemput hikmah,
ada langkah diluar gubuk yang aku hapal walaupun hanya baunya saja,
kemudian tepat pukul 22 malam gubukpun mewujud maniloka,
ah…………….,abah selalu datang mu di gulita malam.

pagi, aku berharap mandi bareng abah,
disampo pasti 2 kali agar wangi rambutku tak hilang seharian gurau abah,
kadang kuku jari tangan kakiku membersih dijemput pagi……,
tapi….,dimanakah abah yang baunya semalam membuatku bangun sangat siang ?

malam selasa, lagi-lagi langkah dan bau diluar gubuk sangat aku hafal,
kemudian tepat pukul 00:00:00 gubukpun mewujud maniloka,
aku sempat bergelayut diketuaanya, di putih rambutnya, di putih janggutnya bahkan diputih 2, 3 helai bulu alisnya,
tapi sebenarnya abah terlihat semakin gagah.

seperti malam ini, malam rabu, ketika lagi-lagi gubuk ini mewujud maniloka,
abah iringi kami satu persatu bernyanyi aku anak gembala, herli dan pada hari minggu,
rasanya sakitku benar-benar hilang disapu bau dan kepura-puraan sehatnya abah,
dan rabu siang betul-betul gubug ini menjadi syurga, ketika abah hanya duduk dan berbincang dengan beberapa tamu yang seolah bergilir datang.

malam kamis, aku betul-betul sembuh dan aku kembali menjadi pencerah isi gubug,
menjelang tidur, samar kudengar lantunan albaqoroh dalam kedalaman cerita,
tentang manusia yang sering menyakiti yang lainya, bahkan sanggup saling bunuh,
yang seperti kamis pagi ini, aku kembali sakit karena bau yang kuhapal menguap dikeharusan.

ah…………abah, selalu pergimu dikabut nyenyaknya tidur.

Facebook
Twitter
WhatsApp
Email

Leave a Reply