Tidak bersungguh-Sungguh dalam belajar sama saja dengan menyia-nyiakan waktu
Saliza
Bagi setiap manusia, belajar adalah kebutuhan. Manusia yang tidak belajar, sama dengan menelantarkan hidupnya ke dalam penderitaan. Namun, belajar tidak akan berguna apabila tidak bersungguh-sungguh. Seperti Isabella–kekasih Bucket–yang diminta untuk menjahit nama klub motor pada sepuluh jaket kulit hasil curian mereka.
Karena Isabella tidak belajar mengeja dengan benar di sekolah–baik dalam Bahasa Swedia dan apalagi Bahasa Inggris–ia menjahit nama yang salah di jaket-jaket tersebut. The Violence, bukan The Violins. Akibatnya, mereka mendapat masalah yang di dalamnya melibatkan polisi.
Aku teringat dengan pengalamanku yang sangat konyol. Waktu SMP, aku dan teman-teman sedang belajar Bahasa Inggris. Kami ditugaskan untuk membuat percakapan berkelompok. Satu kelompok berisi dua orang. Jika sudah siap, setiap kelompok diminta mempraktikannya di depan kelas.
Giliranku tiba. Di tengah-tengah pembacaan, seisi kelas tiba-tiba dibuat tertawa oleh satu pertanyaan yang tak masuk akal.
“Do you want eat me?”
Itu kalimat yang seketika membuat seisi kelas ricuh. Aku membayangkan bagaimana reaksi seseorang yang misalnya, berasal dari London, jika kuajak makan dengan menggunakan kalimat tadi. Pasti ia akan tertawa. Atau mungkin, pikirannya akan liar ke mana-mana. Karena yang benar ialah, “Do you want to eat with me?”
Judul The 100 Year Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Salsaliza Nurfitri Solehah | Penyunting Ridwan Malik