EnglishArabicIndonesian
Categories
Book Reviews Treasure

Salah Bicara

BAB 15-17

Setelah bersekongkol dengan inspektur polisi yang punya niat untuk membunuh Winston Churcill, Allan memutuskan untuk pulang ke Swedia. Dan setelah persekongkolannya selesai, ia pada akhirnya membunuh si inspektur polisi tersebut. Pikirnya, kalau si inspektur polisi tak dibunuh, kelak bisa jadi senjata makan tuan.

Itu bukanlah satu-satunya alasan mengapa Allan kemudian membunuh si inspektur polisi. Selain karena takut jadi senjata makan tuan, ia juga sudah muak dengan apa yang dilakukan si inspektur kepadanya. Ia muak karena si inspektur polisi memasukkan puntung rokoknya ke gelas kopinya. Ia pun jadi tak bisa meminumnya.

Cerita berlanjut. Allan sedang beristirahat dengan tenang di rumah ketika seorang lelaki bernama Yury datang menyambanginya. Yury menunjukkan kekagumannya kepada Allan yang dikenal punya kemampuan luar biasa dalam membuat bahan peledak atau bom. Setelah lama berbincang, memang, tujuan Yury datang ke sana adalah untuk menawarinya kerja di Rusia dengan pemimpin komunis Stalin.

Allan bukanlah tipikal orang yang pandang bulu. Mau siapa pun yang menawarinya pekerjaan, asalkan bisa menghasilkan uang, ia akan menerimanya. Tak peduli yang memberinya pekerjaan adalah komunis, atau liberal, atau ateis, atau apa pun itu. Ia tak pernah peduli pada itu semua, dan yang dipedulikannya, yang penting ia bisa makan dan tidur nyenyak.

Namun kenyataan ternyata tak seindah sebagaimana dibayangkannya. Di Rusia, ia malah jadi babu dan disuruh kerja rodi. Itu memang salahnya sendiri; ia malah banyak membicarakan Franco, musuh dari Stalin.

Lain Allan lain Stalin. Jika Allan cenderung santai menyikapi masalah politik dan bahkan sering kali menampakkan ketidaksukaannya, maka Stalin adalah kebalikannya. Ia begitu sensitif terhadap masalah politik. Allan pun dihukum, dijebloskan ke dalam ruang bawah tanah, tempat dirinya dipekerjakan selama lima tahun tiga bulan tanpa bayaran.

Kupikir, dalam menjalani hidup, kita harus benar-benar tahu siapa orang yang sedang bersama dengan kita. Itu supaya kita tak salah kaprah, tak salah melangkah. Satu lagi, jangan mudah percaya pada orang. Selalu tanamkan sikap hati-hati dalam diri.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Muhamad Nur Ihwan | Penyunting Ridwan Malik

By Muhamad Nur Ihwan

Lahir di Bandung, tanggal 21 Mei 2004.saya anak ke tiga dari 4 bersodara. Sekarang saya masih tinggal di Bandung, sekolah di Aminul Ummah yang berada di Garut. aktivitas yang saya suka adalah makan dan tidur ataupu bermalas malasan yang memang hal itu tidak produktifitas akan tetapi selama saya di Aminul Ummah saya mendapat beberapa kemampuan yang bermanfaat bagi orang di sekitar saya seperti dalam mengelas yang bisa menghasilkan beberapa kerajinan. selain mengelas saya di Aminul Ummah belajar beberapa seni musik seperti bermain gitar dan lain sebagainya, dalam hal membaca buku juga saya menyukainya.

Leave a Reply