Aku kagum pada kesusastraan Jepang. Dari dulu, kupikir, kesusastraan mereka sudah sangat baik. Masyarakat di sana menganggap sastra adalah bagian dari kebudayaan luhur yang harus terus dijunjung tinggi. Begitu pula dengan kebiasaan membaca. Itu dianggap sebagai kebiasaan penting yang harus selalu dipelihara. Itulah kenapa Jepang bisa menjadi negara maju seperti sekarang. Karena mereka menghargai sastra dan banyak membaca.
Ketika pengampu literasi kami membandingkan tingkat literasi Jepang dengan Indonesia, aku dibuat kaget dengan rendahnya tingkat literasi di Indonesia. Aku baru sadar, mungkin itulah mengapa kebanyakan orang-orang Indonesia pada malas berpikir dan kalaupun berpikir, pikirannya sempit. Contohnya, pikiran sempit terhadap komunis dan Partai Komunis Indonesia.
Banyak dari orang-orang masih menganggap komunis dan PKI adalah tabu untuk dibicarakan. Bahkan mungkin haram hukumnya. Padahal, apabila kita membaca buku hasil penelitian sejarawan-sejarawan independen, menelusuri jejak sejarah PKI dengan pikiran terbuka, aku pikir anggapan orang-orang terhadap komunis dan PKI akan berubah. Setidaknya, jika tak malas berpikir dan membaca, minimal, akan bisa menilai segala sesuatunya dengan adil.
Aku tak tahu apa alasan banyak dari orang di Indonesia malas membaca. Padahal dengan membaca, aku yakin hidup akan lebih tertata rapi dan baik-baik aja. Mengapa bisa begitu? Ya, itu berdasar pengalamanku sendiri.
Beberapa bulan belakangan, mungkin sekitar enam bulan yang lalu, aku mencoba untuk rutin membaca buku. Dan akhirnya, aku merasakan progres yang signifikan dalam diriku. Membaca buku benar-benar sangat berpengaruh besar untuk diriku. Karena, dengan sering membaca buku, pola pikirku banyak yang berubah dan bertambah.
Ada satu contoh. Setelah membaca esai-esai tentang cinta, pandanganku akan apa cinta itu sesungguhnya mulai berubah. Dari sana, aku belajar bahwa cinta adalah tanggung jawab. Terkadang orang mencari cinta untuk kesempurnaan, tapi menurutku, cinta adalah persoalan memperbaiki dan bukan kesempurnaan.
Membaca buku benar-benar bisa memperluas dan memperdalam wawasan. Dengan banyak membaca, kita akan berpikir bahwa hidup itu ternyata punya banyak pilihan. Banyak trik untuk bahagia, dan banyak kunci untuk menyelesaikan masalah. Andai sedari dulu pemerintah mendidik rakyatnya untuk selalu membaca buku atau karya sastra, aku yakin, sekarang kita tak bakal terbelakang; ketinggalan jauh dari negara-negara di luar sana.
Di Jepang, segalanya adalah tentang pendidikan. Jepang benar-benar sangat terbuka dalam hal pendidikan, entah itu politik, perang, filosofi, sastra, sampai soal seks pun dijadikan pendidikan. Itu karena, sebelum melakukan segala sesuatu, pada dasarnya semuanya memang harus dipelajari lebih dahulu. Tak lucu kiranya turun ke medan perang tanpa senjata apa pun.
Maka:
Iqra!
Allah SWT
Judul Norwegian Wood | Penulis Haruki Murakami | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia | Tebal 423 hal | Peresensi Reni Saputri| Penyunting Ridwan Malik