Kerap kali ketika mendengar perihal kematian, kita sering mengedepankan rasa takut. Mulai dari takut berpisah dengan orang-orang yang dicintai, takut berpisah dengan harta dan kekayaan yang selama ini dikumpulkan dengan susah payah, takut akan dosa-dosa yang telah diperbuat, dan takut-takut lainnya. Umumnya begitu.
Namun, ada perbedaan dalam menyikapi kematian di negara yang terletak di wilayah paling timur Asia, yaitu Jepang. Unik, negeri sakura ini malah memiliki kultur bunuh diri. Aku tahu kultur itu ada di Jepang setelah membaca novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, dan guruku kemudian memberitahu serta menjelaskan tentang kultur bunuh diri ini. Sebelumnya yang aku ketahui mengenai Jepang hanyalah anime, yang sebenarnya aku sendiri tidak terlalu suka.
Kendati sudah menjadi isu global, tapi bunuh diri tampaknya masih menjadi topik yang tabu untuk dibicarakan, apalagi di Indonesia. Soalnya orang-orang di sini biasanya langsung memvonis saja kalau bunuh diri itu tindakan tercela dan orang yang melakukannya akan masuk neraka, tanpa pernah mencoba mengerti mengapa seseorang melakukannya.
Aku akan sedikit mengulik tentang kultur bunuh diri di Jepang. Bunuh diri bagi orang-orang Jepang bukanlah hal baru. Paling populer di kalangan remaja. Depresi dan gangguan mental adalah salah satu dari sekian banyak penyebab mereka bunuh diri. Tidak hanya di kalangan remaja, di Jepang, bunuh diri juga dilakukan oleh orang-orang lanjut usia juga loh. Hidup sebatang kara di usia senja, ditinggal anak merantau, terbelit masalah ekonomi, adalah beberapa faktornya.
Di Jepang ada konsep “bunuh diri terhormat”. Misalnya seppuku, atau pilot Jepang yang menabrakkan pesawat-pesawat tempur mereka ke kapal musuh dalam perang dunia dua yang disebut kamikaze.
Seppuku merupakan metode bunuh diri yang cukup mengerikan, karena dilakukan dengan menancapkan pedang kecil ke sisi kiri perut, kemudian menariknya ke kanan dan memutarnya ke atas. Seppuku juga disebut harakiri. Jika seppuku merupakan bunuh diri terhormat dan jelas tujuannya, sebaliknya, harakiri tidak memiliki aturan jelas. Seppuku dilakukan dengan ritual tradisional dengan melibatkan kehadiran orang lain, sedangkan harakiri terkadang mengacu pada pengorbanan diri tanpa kehadiran orang lain.
Tradisi seppuku merupakan sarana bagi kelas atas seperti daimyo dan kelas samurai untuk menebus kesalahan, dan mendapatkan kembali kehormatan yang hilang karena tidak menjalankan tugas dengan baik. Sebenarnya, rakyat jelata mungkin bisa saja melakukan seppuku, namun tindakannya dianggap tidak memiliki nilai. Ritual ini tidak hanya dilakukan oleh kaum pria, tetapi juga wanita. Biasanya dikenal dengan jigaki, yaitu bunuh diri yang dilakukan oleh istri samurai yang telah melakukan seppuku atau membawa aib.
Kemudian di zaman modern, kebanyakan orang-orang di Jepang yang mengalami kesulitan keuangan cenderung menganggap bunuh diri adalah solusi dari masalah mereka. Karena, setelah mereka bunuh diri, dana asuransi bisa cair sehingga bisa dimanfaatkan oleh anggota keluarganya yang masih hidup.
Di Jepang terdapat Hutan Aokigahara, juga dikenal dengan julukan hutan bunuh diri. Di dalam hutan ini, dilaporkan lebih dari 100 orang mengakhiri hidup mereka setiap tahunnya. Ada salah satu cerita yang melegenda, yaitu ubasute. Ubasute merupakan tradisi mengasingkan orang tua yang sudah sangat sepuh ke dalam hutan ini, biasanya perempuan, dan meninggalkannya hingga tewas. Banyak dari orang Jepang masih melakukannya, karena sudah telanjur mengetahui dan memercayai cerita tersebut. Pemerintah pun memberi permbatas agar orang-orang tidak sembarangan masuk ke area terlarang Aokigahara. Di hutan itu pun dibuat tulisan agar mereka yang beniat ingin bunuh diri mempertimbangkan kembali keputusan mereka, karena mereka adalah manusia yang berharga.
Jepang memang memiliki kultur yang unik seperti yang telah aku ceritakan. Namun sebagai umat muslim, sebaiknya dan memang seharusnya kita tidak melakukan hal yang sama, yaitu bunuh diri. Karena dalam Islam bunuh diri itu dosa. Seruwet apa pun masalah, kita jangan pernah berpikir untuk mengakhiri hidup. Tetaplah yakin bahwa Allah itu selalu ada untuk kita. Matahari adalah pengingat setiap hari, bahwa kita juga dapat bangkit kembali dari kegelapan.
Nama Nayla Rahma Azzahra | Judul Norwegian Wood | Penulis Haruki Murakami | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia iv+423 hal | Penyunting Ridwan Malik