Categories
Book Reviews Reading novels Treasure

Manusia Berpendidikan

Jika kamu tidak suka orang dewasa, karena mereka cenderung suka memandang semuanya buruk, maka kamu salah! Tidak semua orang dewasa yang berpikir begitu buruk. Itu justru menunjukkan kalau mereka sudah siap hidup berdampingan dengan konsekuensi. Dan aku paling suka tipe orang dewasa yang berpendidikan, karena biasanya mereka punya prinsip: suka menghargai orang lain.

Ada satu contoh tentang orang dewasa yang keren. Dalam novel Totto-chan; Gadis Cilik di Jendela karya Tetsuko Kuroyanagi. Diceritakan Totto-chan dan teman-temannya yang sekolah di Tomoe mendapat perlakuan baik dari kepala sekolahnya, Sosaku Kobayashi. Kepala sekolah selalu menghargai Totto-chan dan teman-temannya. Ia tidak pernah merendahkan anak kecil. Tanpa diminta, kepala sekolah selalu mengerti Totto-chan yang ingin dimengerti. Berbeda dengan guru di sekolah lama Totto-chan sebelumnya. Mereka tidak mau mengerti Totto-chan yang ingin dimengerti. Mereka menganggap keaktifan perilaku Totto-chan sebagai kenakalan. Wajar sebenarnya jika anak kecil berbuat nakal. Namanya juga anak kecil.

Sepertinya akan seru kalau kita bertemu dengan orang-orang dewasa yang ada di gedung-gedung universitas. Kita rasanya akan merasa nyaman bila berdekatan dengan mereka. Karena mereka itu selain berpendidikan tinggi, biasanya juga sangat friendly terhadap anak kecil atau remaja. Mereka selalu memberikan apresiasi kepada siapa pun. Termasuk kepada anak kecil.

Namun sebagai anak-anak, sebagai orang yang usianya jauh di bawah mereka, kita juga harus tahu diri dan jangan membebani mereka dengan keinginan-keinginan yang tidak masuk akal. Kita jangan terlalu keenakan saat ‘dimanjakan’ oleh mereka. Karena sebenarnya, mereka melakukan itu untuk bersikap rendah hati kepada orang yang umurnya lebih muda.

Bersikap seperti itu sulit, lho! Siapa pikir mudah? Kalau dipikir logika, ya, buat apa menghormati orang yang umurnya di bawah kita jika toh kita mempunyai ilmu yang lebih tinggi daripada mereka? Tapi untungnya itu perkara hati, dan kalau soal hati, beda urusannya! Ya, namanya juga hati. Gunanya hati memang untuk merasa. Merasa iba, sayang, peduli, merasa perlu rendah hati. Ya, itu memang urusan rasa. Tidak bisa diganggu gugat.

Perasaan dan logika tidak bisa dicampuradukkan. Jika dicampuradukkan, maka hasilnya tidak akan sinkron. Contohnya ketika seorang perempuan diputuskan oleh pacarnya. Setelah itu, kebanyakan si perempuan akan menangis tersedu-sedu hingga depresi, atau mungkin bunuh diri. Itu kalau perasaan yang main. Tapi kalau logika yang main, tak akan sampai seperti itu. Kalau dipikir oleh logika, saat putus dengan pacar buat apa nangis?

Apa istimewanya pacaran? Menurutku pacaran itu adalah hubungan main-main yang sok-sokan  disahkan dengan acara hari jadian. Dalam hubungan itu, orang yang berpacaran, paling tidak mereka selalu berkhayal dan berkhayal. Bersenang-senang sesuka hati, bergombal hingga mampus, jalan-jalan ke sana ke mari, apel di kafe, dan berguyon yang kurang penting. Jadi itu semua ternyata hanya sekadar hiburan belaka! Atau lebih tepatnya lagi, pengisi kegabutan semata.

Hmmm. Sepertinya pendidikan di kita memang jauh tertinggal. Bayangkan saja. Di kita remaja gabut itu mencari kesibukan dengan pacaran. Beda dengan di Jepang, misalnya. Anak di usia remaja mengisi kegabutannya dengan membikin handphone atau kalkulator. Astagfirullah! Semoga nasib negara ini segera membaik.

Nama Saniya Kautsar | Judul  Totto-chan; Gadis Cilik di Jendela | Penulis Tetsuko Kuroyanagi | Penyunting Ridwan Malik

Leave a Reply