Categories
Book Reviews Reading novels Treasure

Mengakui Kesedihan

Kesedihan

Kesedihan boleh jadi universal, karena setiap orang pernah mengalaminya. Namun bisa juga bersifat personal. Maksudnya, tidak setiap orang bisa merasa sedih terhadap kejadian yang sama. Kesedihan pun tidak bisa diprediksi. Datang manasuka. Kita tiba-tiba saja bisa menangis, marah, kesal, merasa kosong, atau ingin menyendiri. Tidak satu pun keliru. Setiap orang bisa jadi berbeda dalam mengalami kesedihannya. Setiap orang punya kesedihannya masing-masing.

Dalam The Lord Of The Rings, kesedihan dibedakan dari ketidakbahagiaan. Untuk mencontohkannya, J.R.R. Tolkien menulis, untuk tekad yang sedih, tapi tetap, sebagai kebalikan dari apa yang dilihatnya sebagai godaan yang lebih dangkal dari keputusasaan atau harapan.

Dalam hal demikian, banyak orang yang menyangkal bahwa mereka sedang bersedih. Umumnya, mereka akan berpura-pura kuat dan tersenyum agar tidak menangis dan tidak terlihat sedih di hadapan orang lain. Ayo lho … siapa yang sering begitu?

Kita terkadang tidak mau menampakkan kesedihan kepada orang lain. Bisa jadi teman terdekat atau keluarga. Itu dilakukan agar mereka tidak ikut serta memikirkan kesedihan tersebut. Padahal kita perlu tahu, bahwa penyangkalan seperti  itu bisa merusak kesehatan mental dan fisik. Semua kesedihan yang telah menumpuk karena dipendam bisa menjadi bom waktu yang menghancurkan diri secara perlahan. Jadi, ungkapkan saja jika sedang bersedih. Tidak perlu malu atau merasa takut membebani orang lain.

Apabila memiliki teman dekat, kita bisa menceritakan kesedihan kita kepadanya. Kita bisa menangis di depan teman dekat. Meski tak menyelesaikan masalah, setidaknya menangis bisa membuat kita merasa rileks.

Atau mungkin bisa begini. Ketika sedang bersedih, banyak orang biasanya melakukan apa yang mereka sukai. Seperti bermain hujan, berteriak, menulis, dan seperti dalam novel Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu, kesedihan bisa diatasi dengan mendengarkan lagu-lagu yang disukai. Apakah kalian juga seperti itu?

Namun, tak sedikit juga orang yang membentengi kesedihannya dengan amarah. Amarah atau marah sering dipakai untuk menyamarkan kesedihan. Biasanya, kemarahan muncul karena emosi sekaligus rasa sakit yang dipendam. Otak kita sebenarnya telah menyadari bahwa tak ada yang bisa disalahkan. Tapi saat amarah meledak, maka perasaan akan lebih dominan daripada logika.

Jika sedang marah, tak perlu terburu-buru untuk mengambil keputusan. Tunggulah sampai mereda. Lalu setelah merasa membaik, barulah kita bisa mulai berbicara dengan diri sendiri dan mulai bertanya kepada hati. Renungkanlah kesedihan yang sedang dirasakan. Yakin bahwa di setiap kejadian pasti ada hikmah yang bisa diambil.

Untuk memahami satu kejadian, kita bisa mengatasinya dengan meditasi. Meditasi bisa membantu mengatasi rasa sedih tanpa sibuk menilai dan memarahi diri sendiri.

Kuncinya hadapi kenyataan, mencari dukungan, dan melangkahkan diri menuju kesenangan.

Cara Paling Ampuh

Kita bisa mengingat kembali, berkat siapa kita terlahir, dan dari siapa segala hal datang. Tidak ada siapa pun kecuali Allah SWT yang telah mengatur segalanya.

Kesedihan merupakan takdir. Suatu hal yang harus kita terima. Jika sebaliknya, maka kita akan berpaling dari-Nya. Allah yang Maha  Membolak-balikkan keadaan. Sedih jadi senang, miskin jadi kaya, dan cinta jadi benci. Itulah yang pasti akan terjadi. Kita tak boleh hanya bisa mengetahuinya, tapi kita juga harus belajar bagaimana menerimanya.

Nabi Muhamad SAW memberi kita nasihat, “Jagalah Allah, niscaya engkau akan bersamanya. Kenalilah Allah di waktu lapang, niscaya Ia mengenalmu di saat sulit. Ketahuilah bahwa apa yang luput darimu belum tentu dapat mencelakaimu. Ketahuilah bahwa kemenangan itu bersama kesulitan, dan bersama kesulitan itu ada kemudahan.”

Kesedihan adalah bagian ujian dari-Nya. Jangan heran dan jangan kaget ketika kita terus dilanda kesedihan. Pandanglah sisi baiknya. Bisa saja itu adalah kasih sayang Allah kepada kita. Dengan memberikan kesulitan yang membuat kita bersedih terlebih dahulu sebelum kemudian kita senang. Atau sebagai teguran bagi kita yang telah melakukan kesalahan yang tidak disukai-Nya. Tujuannya agar kita mengembalikan diri kepada Allah. Mengingat Allah, dan selalu bersama Allah dalam situasi apa pun.

Percayalah bahwa Allah selalu mendengarkan jeritan-jeritan hamba-Nya. Allah senang mendengarnya. Allah pun sangat merindukan dan hobi sekali menunggu hamba-Nya menyebut nama-Nya. Allah-lah Sang Penanti dalam peristiwa lima kali sehari, tepat ketika hamba-hambanya beribadah. Ketika suatu saat hamba-Nya bercerita dalam doanya, menangis dalam pilunya, dan ketika semuanya diserahkan kepada yang Maha Kuasa, maka di sana Allah akan menjawab dengan Q.S. Ali Imran ayat 139:

“Dan janganlah putus asa, jangan sedih. Kamu pasti akan menang jika kamu adalah orang yang benar-benar beriman.”

Judul Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu| Penulis Mahfud Ikhwan| Penerbit Marjin Kiri| Tebal vi+182 hal | Presensi Nawal Zya Ulhaq | Penyunting Ridwan Malik 

Leave a Reply