Dalam Bahasa Inggris, judge berarti hakim atau menghakimi. Mendengar kata judge aku jadi ingat satu quote, “Dont judge a book by its cover”. Meski katanya jangan menilai sesuatu dari tampilan atau luarnya saja, tapi kebanyakan orang nyatanya berlaku seperti itu.
Aku pernah membaca novel Matahari Terbenam karangan Osamu Dazai. Ada satu tokoh bernama Naoji. Dia adalah mantan seorang bangsawan. Mungkin dia sudah tidak tahan dengan dunia, tidak tahan menerima perlakuan orang-orang kepadanya, jadi ia memilih mengonsumsi narkoba.
Suatu kali Naoji menulis surat, lalu dibaca oleh kakaknya, Kazuko. Begini penggalan suratnya:
Saat aku pura-pura sudah dewasa sebelum waktunya, orang-orang menyebar rumor bahwa aku sudah tumbuh dewasa. Ketika aku bertingkah bak pemalas, rumor berembus bilang aku orang malas. Ketika aku pura-pura tak mampu menulis novel, orang bilang aku payah dalam menulis. Sewaktu aku bertingkah seperti pembohong, menyebutku tukang bohong. Ketika aku bertingkah bak orang kaya, mereka menyebar rumor bahwa aku ini kaya raya. Saat aku berpura-pura tak mempedulikan orang, mereka menggolongkanku sebagai orang yang acuh tak acuh. Namun sewaktu aku secara tak sengaja mengerang lantaran kesakitan, mereka menyebar desas-desus bahwa aku pura-pura menderita. Dunia sudah geser.
Begitu kira-kira katanya. Benar kata Naoji, dunia ini sudah geser. Aku pun sering mengalami kejadian semacam itu. Di sekolahku diadakan kegiatan public speaking setiap satu minggu sekali. Saat itu sedang ada pembagian siapa yang akan tampil nanti. Kata ketua kelompok, aku kebagian berpidato. Perasaan dari kelas satu sampai kelas tiga kebagian pidato terus, memangnya tidak ada yang lain?
Aku tidak terima hal itu. Karena kondisinya minggu itu aku harus fokus mengerjakan kompetisi cerpen secara online. Jadi aku terus terang menolak keputusan ketua kelompok dikarenakan sedang sibuk lomba. Aku pun mengusulkan siapa orang yang nantinya akan menggantikan posisiku berpidato. Ketua kelompok itu kecewa dengan keputusanku. Sejak saat itu rumor segera menyebar bahwa aku adalah orang yang ‘sok sibuk’. Tak nyaman, merasa terusik? Pasti.
Kembali lagi ke kisah Naoji. Tadi, kan, Naoji bilang, “Saat aku berpura-pura tak mempedulikan orang, mereka menggolongkanku sebagai orang yang acuh tak acuh.” Mungkin asbabun nuzul Naoji mengatakan itu karena ia tidak mau membantu seseorang ketika di hadapan umum. Naoji tidak mau berpura-pura menolong hanya karena ingin dipuji orang.
Manusia itu sulit dimengerti. Mereka akan menilai seseorang hanya ketika kita berada di depannya. Mau kita berlaku baik atau buruk, mereka tidak mau tahu, asalkan ada di depannya. Mereka tidak tahu perilaku kita di belakang seperti apa. Makanya orang yang berusaha terhindar dari sikap ria itu banyak cobaannya. Ia pasti akan banyak mendapatkan penilaian yang tidak-tidak dari orang lain.
Menurutku men-judge sama dengan melabeli seseorang dengan sesuatu, entah baik atau buruk. Ada tokoh lain, namanya Uehara-san. Orang-orang melabeli dirinya seorang yang keji. Begitu pandangan orang-orang terhadap Uehara-san, tapi lain di mata Kazuko. Kazuko punya pandangan mungkin Uehara-san sengaja bersikap seperti itu, agar sisi baik yang ia miliki hanya diketahui oleh orang-orang tertentu saja.
Terkadang sulit untuk mengubah pandangan orang lain terhadap kita. Apalagi pandangan yang buruk. Rasanya ingin bilang, “Aku ini bukan seperti yang kau kira!” Jika kita salah sedikit saja saat bertingkah di hadapan orang lain, maka nasi sudah menjadi bubur. Apalagi jika bertingkah di hadapan orang yang suka melebih-lebihkan suatu perkara. Harus sangat hati-hati. Intinya kita tidak boleh lengah, di mana pun, kapan pun.
Nama Saniya Kautsar | Judul Matahari Terbenam | Penulis Osamu Dazai | Penyunting Ridwan Malik