Aku baru selesai membaca novel Of Mice and Men karya John Steinbeck. Setelah membaca novel ini, aku mendapat banyak hal yang bisa direnungkan. Mulai dari soal kerja keras, rasisme, dan pertemanan. Aku akan ceritakan sedikit mengenai tiga hal tadi.
Kerja Keras
Kerja keras sama artinya dengan berusaha dengan sungguh-sungguh agar mendapat apa yang kita inginkan. Aku yakin kalian punya keinginan atau cita-cita yang tinggi. Benar, kan? Ya, tentu. Begitupun denganku. Aku sama seperti kalian, memiliki keinginan dan punya cita-cita menjadi hakim. Maka dari itu, aku harus belajar dengan sungguh-sungguh. Mendalami ilmu hukum dengan baik, dan harus mulai belajar bersikap adil.
Namun setiap usaha itu tidaklah mudah. Kita pasti akan menghadapi banyak halangan dan rintangan, juga akan mengalami kegagalan sebelum sukses. Jika mengalaminya, kita tidak boleh menyerah apalagi sampai putus asa. Ada pepatah mengatakan, “Carilah ilmu walau sampai ke negeri Cina”. Kita bisa menjadikan pepatah itu sebagai motivasi untuk tetap berusaha meski banyak cobaan atau masalah. Teruslah bekerja keras dan pantang menyerah.
Seperti halnya George Milton yang bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya memiliki peternakan serta rumah tinggal sendiri dan menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri. Lennie Small pun menumpangkan keinginannya di atas cita-cita George. Geroge dan Lennie selalu bekerja keras untuk mewujudkan mimpi mereka. Meski cobaan dan kegagalan terus mendatangi, tapi mereka pantang menyerah, terus bekerja dan bekerja.
Rasisme
Menurut KBBI, rasisme adalah sikap atau tindakan yang membeda-bedakan ras dan merasa bahwa ras sendiri lebih tinggi dari ras lain. Rasisme punya banyak bentuk, di antaranya stereotype, apartheid, sexism, miscegenation, white supremacy, xenophobia, ethnocentrism. Adapun penyebab terjadinya rasisme di antara lain:
- Adanya pemberian legitimasi suatu ras minoritas secara genetik dan budaya lebih inferior dari ras yang dominan.
- Adanya ajaran atau doktrin di dalam keluarga atau bahkan kelompok masyarakat tertentu.
- Paham masyarakat yang sejak dulu berstereotipe dan berprasangka untuk suatu ras atau golongan tertentu.
- Hilangnya rasa toleransi.
Aku akan menceritakan sedikit pengalamanku saat memilih ketua kelas.
Saat itu aku kelas dua SMP, pertama kali masuk kelas dan ditugaskan untuk membuat struktur organigram kelas. Kami pun berkumpul dan membicarakan siapa yang akan menjadi ketua kelas, sekretaris, bendahara, dan lain-lain. Pembicaraan itu tidak berjalan lancar karena kami bingung, tidak ada orang yang mencalonkan diri menjadi ketua kelas.
“Ridwan, kayanya kamu cocok jadi ketua kelas. Kan kamu cowok,” ujar salah satu temanku.
“Kenapa harus cowok? Kan sama aja manusia, mau cewek atau cowok,” protesnya.
Ridwan terlihat bingung karena tiba-tiba saja direkomendasikan menjadi ketua kelas, padahal dia tidak memiliki pengalaman memimpin kelas atau mengetuai suatu acara. Tapi atas desakan dan dorongan teman-teman yang lain, akhirnya Ridwan pasrah dan sah menjadi ketua kelas.
Sekarang aku baru menyadari bahwa hal itu termasuk ke dalam perbuatan rasis. Lebih tepatnya, bisa disebut perbuatan seksis. Artinya, kita menilai kemampuan seseorang berdasarkan jenis kelamin. Hanya karena Ridwan lelaki maka dia dianggap bisa memimpin. Padahal seharusnya, untuk memilih seorang ketua kelas penilaiannya harus berdasarkan apakah dia bisa memimpin (punya pengalaman dan visi) atau tidak, bukan masalah manusia ini punya penis dan manusia itu punya vagina.
Adapun korban perlakuan rasis yang ada dalam novel Of Mice and Men ialah Crooks. Seorang lelaki bongkok penjaga kandang kuda yang diasingkan karena kulitnya hitam. Hmmm… masih menjadi pertanyaan, mengapa orang yang berkulit gelap selalu mendapat perlakuan rasis? Sering dirundung dan didiskriminasi? Padahal apa bedanya orang berkulit hitam atau putih? Toh pada akhirnya, kita sama-sama makhluk ciptaan Tuhan.
Pertemanan
Teman adalah mereka yang bisa melihat sisi terlemah kita. Menerima apa adanya tanpa perlu melihat atribut kita; tak peduli kaya atau miskin, hitam atau putih, dan cantik atau jelek.
Ada banyak orang yang aku temui saat menjalankan peranku sebagai makhluk sosial. Dari sekian banyak orang itu, aku memilih banyak orang untuk menjalin sebuah hubungan pertemanan. Aku temui berbagai khas perilaku, kebiasaan, tingkah laku, dan banyak lainnya. Semakin sering berinteraksi dengan banyak orang, aku menyadari bahwa tak pernah ada manusia yang sama. Setiap manusia adalah unik.
Indahnya sebuah pertemanan. Saat semuanya dimulai, kita akan mengenal dunia baru. Betapa asyiknya melakukan sebuah kebiasaan bersama-sama, betapa serunya saat berpendapat tentang suatu hal yang bertentangan. Betapa bahagia mendengar ocehannya yang menyebalkan saat kita putus cinta. Saat semuanya terlewati bersama terasa waktu cepat berlalu.
Terkadang memang banyak hal yang bisa membuat kita menyesal selama berteman dengan seseorang. Itu hal wajar, karena pertemanan tidak terjalin otomatis, tapi butuh proses yang panjang. Memang tak jarang pertemanan menyuguhkan berbagai cobaan. Akan tetapi, pertemanan yang tulus pasti bisa mengatasi berbagai cobaan itu, bahkan akan bertumbuh bersama karenanya.
Seperti Geroge Milton dan Lennie Small. Sepasang teman yang bisa dikatakan tidak lazim di antara dua orang buruh. George pria bertubuh kecil, berwajah muram, tapi cukup cerdas dan berhati-hati. Sementara Lennie tubuhnya memang besar, tapi pikirannya seperti anak kecil yang lugu. Dengan keterbatasan masing-masing, mereka saling membantu dan saling menjaga dalam menjalani kehidupan berat sebagai buruh yang selalu berpindah-pindah. Setolol dan semenyebalkan apa pun seorang Lennie, George tidak pernah benar-benar marah dan tak sampai hati untuk meninggalkannya. Rasa sayangnya pada Lennie sudah seperti kepada adik kandungnya sendiri.
Misalnya saat George marah besar atas kebodohan yang dilakukan Lennie yang selalu menyeretnya ke dalam berbagai masalah, dia akan berkata dengan kesal bahwa mungkin dia akan lebih bahagia jika tanpanya. Jika sudah begitu, Lennie hanya akan merajuk lucu seperti bocah dan berkata, “George, kau mau aku pergi dan membiarkan kau sendiri? Kalau tidak mau aku denganmu, aku bisa pergi ke bukit dan cari goa.”
Kalau sudah begitu, maka George akan meminta maaf dan segera menghibur Lennie yang tengah bersedih. Lennie tidak begitu saja memaafkan George. Sebelum memaafkan Goerge, dia biasanya akan meminta diceritai tentang mimpi mereka di masa depan, tentang cita-cita mereka berdua, tentang sebuah kehidupan yang dipenuhi kebahagiaan.
Dalam sebuah pertemanan, konflik pasti akan ada. Dia hadir bukan sebagai penghalang melainkan sebagai ujian. Dia hadir untuk mengangkat kita ke level yang lebih tinggi. Untuk itu, bagian yang harus dipenuhi untuk menjaga keutuhan pertemanan adalah kesabaran. Kita harus sabar menghadapi setiap konflik yang terjadi dalam hubungan pertemanan kita.
Judul Of Mice and Men | Penulis John Steinbeck | Penerbit Gramedia Pustaka Utama | Tebal 144 hal | Peresensi Rahma Aulia Dewi | Penyunting Ridwan Malik