Categories
Book Reviews Reading novels Treasure

Pentingnya Membaca Buku

George Bernard Shaw pernah berkata “Kehebatan daya cipta adalah berkat rajin membaca. Karena itu, kekayaan dan kebahagiaan berupa apapun dapat dicapai oleh manusia yang banyak pengetahuannya.” Jadi jika kita ingin mempunyai suatu karya yang hebat, maka rajinlah membaca buku.

Pernah ada ungkapan bahwa “Buku adalah jendela dunia”, tetapi guruku, Pak Ridwan Malik ( memang namanya agak kontroversial, namun tak usah dihiraukan ) ia menganggap bahwa quote itu sedikit keliru. Ia mengoreksi quote itu dan mengubah ungkapan itu menjadi “Buku adalah pintu dunia”.

Jadi kata yang keliru itu terletak pada kata ‘jendela’. Ia bilang kalau “Jendela itu, kan fungsinya untuk melihat pemandangan atau dunia saja”. Kalau begitu berarti we just stuck in the room, kalau buku didefinisikan sebagai ‘jendela dunia’ seolah-olah otak kita hanya sekedar menyaksikan dunia saja, tidak lebih dari itu. Sedangkan jika kata ‘pintu’ dipakai dalam quote itu, maka buku seolah-olah membawa otak kita keluar menjelajahi dunia. Pintu itu, kan fungsinya untuk keluar masuk orang, jalur lalu lalang,.

Setelah membaca banyak buku, kita pasti mempunyai kereteg hate untuk menciptakan sebuah karya. Dan setelah karya kita tercipta maka kita harus membuktikannya pada orang-orang. Kok, harus dibuktikan, sih? Toh aku pun tidak butuh pujian mereka? Bukan seperti itu, maksudku pembuktian itu akan menjadi berguna ketika ada orang yang membutuhkan jasa kita. “Masyarakat akan mengakui kemampuan kita setelah kita membuktikannya.” Kata  Bob Edward.

Seperti halnya Pramoedya Ananta Toer, ia banyak membaca buku, dan menghasilkan banyak karya tulis. Dan untuk pembuktian terhadap orang-orang, ia menerbitkan karya-karyanya ke penerbit. Alhasil ia pun mulai dikenal oleh masyarakat, hingga sekarang pun ia terkenal. Nah, praktik itu pun bisa diterapkan ke berbagai hal.

Misalkan dalam contoh lainnya ada suatu pesantren yang nama baiknya sudah tercoreng di mata masyarakat, dan mereka, warga pesantren itu sangat ingin sekali membuktikan kepada masyarakat bahwa mereka itu selalu memberikan pendidikan terbaik kepada santri-santrinya, dan bahwa hal buruk yang menimpa mereka sebenarnya tidak mereka inginkan untuk terjadi. Maka buktikan saja kemampuan untuk memajukan pesantren itu, meskipun reputasi pesantren itu sudah hancur. Buktikan saja yang terbaik sebisanya dulu. Dan ketika ingin membuktikan bahwa pesantren itu maju, maka jangan pesimis duluan. Lawan dulu  rasa takut, berani mencoba lebih baik.

Buku itu, kan kumpulan kertas yang berisi catatan, fungsinya untuk mengingatkan orang yang lupa. Sudah, segitu saja simple. Buku juga menjadi awal mulanya pencatatan sejarah. Jika tidak ada buku, maka sejarah pun tidak akan tercatat, jika sejarah tidak tercatat maka kita tidak akan tahu sejarah. Ya, meskipun akan ada saja  orang yang menghafalnya, tapi, kan orang itu pun akan mati. Dan jika orang itu mati kita tidak bisa, dong menanyainya di alam kubur. Horor sekali, ya, teman-teman? Membedah otaknya pun mana mungkin kita bisa menemukan catatan sejarah di dalamnya.

Aku pernah membaca buku  MADILOG, yang dibuat oleh TAN MALAKA. Ya, meskipun aku tidak selesai membaca buku itu, sebenarnya ada alasan dibalik itu. Alasannya adalah karena gaya dan kosa kata bahasanya belum sampai padaku. Apa karena hidayah belum tersapaikan padaku, ya? Bisa jadi kali, ya? Nah, di sana itu ada kutipan yang berbunyi “Selama toko buku ada, selama itu pustaka bisa dibentuk kembali, kalau perlu dan memang perlu, pakaian dan makanan dikurang”. Jadi, dari kutipan itu arti yang kutangkap adalah bahwa membeli buku bacaan itu lebih penting daripada membeli baju baru, atau mengenyangkan perut. Buku bisa membuat kita keren meskipun setelan kita tidak sekeren dan tidak sestylish selebritis. Buku juga bisa mengisi otak kita meskipun perut kita merasa begitu puas. Dan jika aku memberi dua pilihan, akankah kamu memilih keadaan perut kenyang sedangkan otak kosong atau perut berkecukupan dan otak yang terisi? Aku tebak kalian akan memilih perut berkecukupan dan otak yang terisi. Namun dalam hal ini sangat besar godaannya, guys. Dalam mempraktikan hal ini kita harus sudah bisa mengontrol hawa nafsu kita sendiri. Karena yang namanya hawa nafsu makan itu, kan besar. Jadi kita perlu melatih hawa nafsu kita dengan puasa atau  apa, lah yang bisa membuat nafsu makan kita tidak terlalu besar.

Buku itu, kan ditulis dalam berbagai macam gaya Bahasa. Ada gaya Bahasa yang mudah dimengerti, ada juga gaya Bahasa yang sulit dimengerti. Jika kita sedang membaca sebuah buku yang meskipun sudah setengahnya membaca tapi tak kunjung mengerti-mengerti. Maka aku usulkan berhenti saja jika tak sanggup meneruskan dan pikiran pun terasa kosong saat membacanya. Karena takutnya kita tergolong sebagai orang yang fasik. Katanya, orang yang fasik itu salah satunya adalah orang yang membaca sesuatu namun ia tidak memahami makna yang sebenarnya. Semoga saja kita tidak tergolong sebagai orang macam, tuh.

Jika kamu adalah orang yang awalnya tidak suka membaca buku, namun ingin mencoba untuk mengawalinya, maka aku sarankan untuk membaca buku yang ringan-ringan dulu. Seperti cerpen,  novel, pantun, atau komik juga boleh. Namun menurutku, model bacaan yang paling berpengaruh adalah bacaan novel atau buku cerita, al quran pun, kan, model bacaannya seperti  cerita dengan kata-kata yang indah. Pada zaman dahulu kala, aku pun tidak suka membaca, karena aku jarang sekali disuguhkan dengan buku-buku yang membuatku penasaran. Rasa penasaran itu ternyata penting sekali, lho! Karena bisa menggerakkan kita untuk melakukan sesuatu.

Dan jika kamu itu adalah orang yang selalu ingin bersandar pada dalil, terus tiba-tiba kamu kukulutus mengatakan “Memangnya ada dalil membaca buku?” ada, kok, ada, lho! Jangan salah kira, buktinya ada di Q.S Al-alaq ayat 1-5. Ditambah lagi, ya? surat Al-alaq itu , kan surat pertama yang diwahyukan kepada Rosululloh SAW.

Leave a Reply