Categories
Book Reviews Reading novels Treasure

Perbincangan Kami Tentang Komunis

Bab 7-9

1939- 1945. Saat itu Allan masih muda. Dia pergi ke Spanyol dan bergabung dalam sebuah misi rahasia mengenai penciptaan bom besar. Dia menduga bom tersebut dapat menghancurkan 10 jembatan dengan sekali ledakan. Pada misi ini, Allan dapat bergabung karena ia telah diberi kebebasan untuk masuk ke mana saja.

Allan bukan seorang komunis. Bukan juga seorang sosialis. Bahkan mungkin dia bukan siapa-siapa selain ahli peledak. Tapi anehnya, dia sering dikaitkan dengan dua hal tadi. Komunis dan sosialis. Mungkin, komunis yang dimaksud di novel ini, itu karena dia punya banyak teman orang-orang komunis. Jadinya, walau sebenarnya dia tak mengimani ideologi komunis, tapi orang-orang sudah telanjur menganggapnya begitu.

Dulu ada satu kejadian. Waktu itu aku sedang ramai-ramainya berbincang di saung halaman sekolah bersama teman-teman. Kami berbincang tentang guru baru yang akan mengajar di sekolah. Katanya, guru baru ini killer dan menegangkan. Terus, katanya dia penggemar musik metal, bahasanya keren, pola mengajarnya beda dari yang lain, memahami banyak tentang dunia, pintar politik dan sejarah.

“Kok kayak tipe orang komunis, ya?” Celetuk salah satu temanku.

Ha-ha-ha. Aku tak habis pikir. Mengapa sih dia bisa menyimpulkan secepat itu hanya dari luarnya saja. Padahal mungkin gerak-gerik guru baru itu memang begitu. Senang menampakkan diri sebagai orang yang sepertinya tidak terlalu paham agama. Dan itu bukan berarti dia komunis. Gawat dong kalau setiap orang yang tak terlihat religius dianggap komunis.

Ya, seperti itulah terkadang. Buru-buru dalam menilai sesuatu itu bisa membuat pikiran kita terganggu. Jadi, sepertinya Allan pun memiliki karakter yang tidak jauh berbeda seperti itu.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Nawal Zya Ulhaq | Penyunting Ridwan Malik

Leave a Reply