Categories
Teater Treasure

Piknik Teater

Bagaimana jadinya, jika libur lebaran bukannya mudik tapi malah menonton sebuah pertunjukan?

Para pemusik.

Bagi orang-orang yang masih sendiri atau jomblo, mudik saat libur lebaran bisa menjadi momok. Segudang pertanyaan dari keluarga, sanak saudara dan bahkan tetangga bisa menyergap kapan dan di mana saja. Dan biasanya, yang utama adalah pertanyaan-pertanyaan seputar pernikahan.

Fenomena tersebut tak jarang jadi bikin seseorang malas mudik. Atau kalaupun mudik, ia akan lebih memilih untuk diam di rumah tak ke mana-mana. Pertunjukan yang kemudian dipentaskan oleh Teater Open House mendasarkan ceritanya pada keresahan-keresahan tersebut.

“Insprasi karya ini hasil dari obrolan teman dan sahabat. Hingga akhirnya terbuatlah naskah Sandiwara Akan Berakhir 3 Episode,” Baharzah Martin, penggagas kelompok ini menuturkan.

Baharzah Martin lalu menjelaskan, nama Open House diambil dari dua kata Bahasa Inggris, yakni open atau terbuka, dan house yang berarti rumah. Anak-anak muda yang tergabung dalam kelompok ini menginginkan agar Garut punya pikiran terbuka atau open-minded. Mereka juga berharap, semoga kelompok ini bisa setidaknya menjadi contoh bahwa betapa asyiknya bisa bermain dengan segala kemungkinan.

Sutradara/Baharzah Martin

Pertunjukan pertama selesai dipentaskan pada Sabtu, 7 Mei 2022. Pertunjukan pertama ini melibatkan 30 orang yang berasal dari berbagai komunitas yang ada di Garut. Sementara itu, tempat yang dipilih sebagai panggung pertunjukan adalah kedai kopi Abelii, Jl. Papandayan, Kota Garut.

Menurut Baharzah Martin, teater adalah medium yang paling tepat untuk menyampaikan suatu gagasan secara langsung kepada penonton. Apalagi jika ceritanya, ditulis berdasarkan realitas yang dekat dengan masyarakat. Selain itu, yang menjadi perhatian adalah tempat pertunjukan diselenggarakan. Kafe dinilai menjadi pilihan yang tepat dalam misi mempopulerkan teater ke masyarakat.

“Ruang-ruang publik seperti kafe sangat sering didatangi anak-anak muda sekarang. Terlebih di Garut, tidak ada gedung seni pertunjukan yang representatif,” ujar Baharzah Martin.

Hal tersebut diamini oleh Epy Kusnandar. Aktor dengan nama Kang Muslihat dalam sinetron Preman Pensiun itu, begitu mendukung dan mengapresiasi pertunjukan ini.

“Padahal zaman saya, anak muda di Garut suka menyebut nonton teater itu kesannya gila. Sekarang semuanya sungguh mengagetkan, dan semoga hal ini berlanjut terus sehingga membangun kesadaran kebudayaan kaum muda, khususnya di Garut,” kata Kang Epy.

Salah satu potret adegan.

Pertunjukan ini pada akhirnya berjalan lancar seperti apa yang diharapkan kelompok Open House. Dan di luar dugaan, perhatian masyarakat terhadap pertunjukan ini ternyata mampu melampaui ekspektasi.

“Kita bagi dua sesi. Jam 16:00 dan 20:00. Setiap sesi kita batasi 50 penonton. Namun di luar dugaan, ada 60 penonton di sesi 1, dan 90 penonton di sesi 2,” Baharzah sumringah, dan “Masih ada 2 episode lainnya,” pungkasnya.

Leave a Reply