18-20
Segala Hal Pasti Ada Gunanya
Sepertinya kau akan sepakat denganku. Segala hal pasti ada gunanya. Mau itu kecil atau besar, mengesalkan atau menyenangkan, sakit atau sehat, bahkan halal dan haram. Semua mempunyai kegunaannya masing-masing.
Ada hadits menyatakan, “Janganlah sekali-kali kalian minum sambil berdiri.”
Dulu sekali, aku menghiraukan hadits tersebut. Sekarang aku mulai memikirkan kenapa hadits tersebut melarang kita untuk minum sambil berdiri, dan sepertinya, aku berhasil menemukan jawabannya.
Bayangkan lambung kita seperti balon yang mulutnya diberi pipa sepanjang satu meter. Lalu, kau isi balon tersebut dengan volume dan kekuatan yang sangat besar. Volume dan tekanan yang sangat besar itu kemungkinan akan membuat balon pecah. Secara ilmiah, jika kita minum sambil berdiri, maka itu akan meninggikan kadar asam lambung, dan itu sangat berbahaya.
Itulah penjelasanku mengenai hal sepele yang sepertinya tidak perlu dilarang.
Sama halnya dengan Allan. Ia mampu memanfaatkan kebodohan Herbert Einstein untuk mengelabui para penjaga di Vladivostok demi menjalankan rencananya. Ya! Ia berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, dan dengan begitu, ia dan kawannya bisa melarikan diri dari Vladivostok.
Sudah kubilang, semua ada gunanya jika kau mau memanfaatkannya.
Sampul yang Bagus
Sudah pasti kau menginginkan pakaian yang layak, dan tentu, sesuai dengan seleramu. Memang, tak jarang, dalam beberapa situasi, pakaian bisa melambangkan status sosial.
Sekali waktu, seorang teman bercerita padaku. Hari itu, saat sedang makan di warung terdekat, ia mengenakan pakaian tentara. Si pelayan spontan bertanya, “Sedang tugas di mana, Pak?”
Itu sangatlah konyol. Sebab sebenarnya, temanku itu bukanlah seorang tentara. Namun, aku juga tak bisa menyalahkan si pelayan. Sering kali, penampilan memang teramat bisa menipu.
Sepertinya, kupikir pemerintah juga menggunakan konsep ini dalam menyiapkan intelnya. Untuk menangkap atau menyergap musuh, mata-mata atau intel pemerintah selalu akan menyamar menjadi salah satu dari orang biasa. Seperti tukang sayur, tukang martabak di pengkolan, atau tukang bakso di ujung jalan.
Hal itu juga menimpa Allan dan Herbert. Saat mereka menyamar dengan memakai pakaian seorang Marsekal Uni Soviet, orang-orang terlihat segan. Ya! Hal itu berhasil.
Sejarah Ditulis oleh Para Pemenang
Begitulah Winston Churchill, mantan Perdana Menteri Inggris, berkata. Jonas Jonasson juga banyak bercerita soal sejarah. Setiap buku yang pernah kubaca, hampir semuanya menyinggung soal sejarah. Hanya caranya saja yang berbeda.
Analoginya begini. Empat orang buta sedang menganalisis seekor gajah. Empat orang tersebut, melihat seekor gajah dari sudut pandang yang berbeda-beda. Lantas apa jadinya? Dalam laporannya, orang pertama akan menulis bahwa hewan bernama gajah sangat panjang. Orang kedua akan menyebutkan gajah sebagai hewan besar dan kasar. Orang ketiga akan berkata bahwa gajah berkulit keras bagai tembok. Sedangkan orang keempat, barangkali akan meyakini bahwa gajah adalah seekor hewan bertanduk.
Begitulah sejarah dilihat dan dibicarakan. Sebagai contoh, salah satu mantan presiden Indonesia yang kupikir kita sudah sama-sama tahu siapa orangnya, terlibat aktif dalam pembelokkan sejarah negeri ini.
Mantan presiden yang sedang kubicarakan ini, berhasil merubah pandangan masyarakat secara drastis pada Partai Komunis Indonesia. Dengan cerdik, ia memanfaatkan dan mengambil keuntungan dari peristiwa 30 September 1965. Karena itulah politik Indonesia berubah. Dari NASAKOM gagasan Soekarno, menjadi condong ke blok kanan dengan basis kapitalis Amerika. Kurang lebih dua juta rakyat Indonesia dilenyapkan hanya karena dicap, dituding, dan dituduh PKI.
Sepertinya cukup sudah untuk ini. Dari tadi ada tukang bakso yang terus menatapku. Ngeri!
Perihal Uang
Uang bukanlah segalanya, tapi, segalanya bisa menjadi uang. Sebetulnya, aku kurang memahami kalimat tadi. Tapi mungkin, kalimat tadi ingin menyampaikan bahwa kegiatan apa pun bisa menghasilkan uang. Seperti yang terjadi sekarang. Ketika pandemi, orang-orang bisa mendapatkan uang hanya dengan berdiam diri di rumah. Sinting. Sudah seperti ngepet saja!
Jika kau berada di negara yang ‘tepat,’ kau bisa mendapatkan apa pun dengan uang. Contohnya–agak kesal juga menulisnya–Indonesia.
Di Indonesia, kau bisa membeli apa pun. Wanita, partai politik, pendidikan, dan yang paling menyebalkan, agama. Di negara ini, orang-orang rela melacurkan nama baiknya hanya untuk seratus ribu dolar. Kalau dikonversi ke rupiah, jadinya memang besar, satu miliar. Tapi, apa-apaan? Yang lebih parah, ada orang yang rela menukar agamanya dengan sekardus sembako.
Tak ketinggalan, Jonas Jonasson pun menyinggung hal itu. Ia menceritakan seorang wanita bodoh dari kasta sudra–kelompok paling rendah dalam kelas sosial Bali. Wanita bodoh tersebut bisa memiliki segala sesuatu hanya dengan uang. Dengan uangnya, ia membeli partai dan berhasil menjadi Gubernur Bali. Ia pun diceritakan berhasil membeli perusahaan kartu SIM mobil berlisensi. Kemudian, ia menggunakan kekuatan kapitalnya itu untuk mempertahankan masa pemerintahannya selama tiga dekade.
Sepertinya aku sudah jengah dan muak. Permisi, aku mau muntah.
Judul The 100 Year Old Man Who Climbed Out Of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Iqbal Maulana Yusuf | Penyunting Ridwan Malik