EnglishArabicIndonesian
Categories
Book Reviews Reading novels Treasure

Sesuatu yang Manis Itu Bernama Kesederhanaan

Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu adalah novel dengan latar pesisir utara Jawa Timur. Novel ini merupakan karya dari Mahfud Ikhwan. Awalnya ekspetasiku terhadap novel ini sebenarnya tidak jauh-jauh amat. Namun di luar dugaan, ternyata kisahnya jauh melampaui expetasiku. Cara berceritanya mengalir dan seru.

Setelah membaca novel ini ada beberapa hal yang menurutku menarik untuk dibahas. Di antaranya tentang pengasingan, kesederhanaan, dan kesempurnaan.

Pengasingan adalah penolakan terhadap hal di luar diri. Pengasingan menimbulkan sikap apatis, atau biasa juga dinamakan perilaku yang tidak sesuai dengan kehendak-kehendak masyarakat.

Mat Dawuk dan istrinya, Inayatun, diasingkan dari masyarakat. Mereka tinggal di Rumah Kandang. Ya, memang itulah sebutan yang cocok untuk rumah yang mereka huni. Rumah itu adalah bekas kandang sapi milik Pak Imam, bapaknya Inayatun. Letaknya agak jauh dari pemukiman, paling pinggir, lebih dekat ke hutan, dan sudah bertahun-tahun terbengkalai. Pak Imam terpaksa memberikan rumah itu kepada Inayatun, anak perempuannya yang bengal dan suaminya, Mat Dawuk yang buruk rupa.

Pak Imam murka dengan kedatangan Inayatun dan Mat Dawuk. Ia dibikin murka oleh suaminya yang amit-amit jabang bayi wujudnya. Sampai ia bersedia memberi ongkos berapa pun agar mereka pergi. Mau kembali ke Malaysia atau ke mana, ia tak peduli. Asal yang jauh dan tidak bikin malu keluarga di kampung.

Inayatun tidak goyah oleh badai, tak basah oleh hujan, tak kering oleh panas terik. Ia bandel seperti biasa. Ia tak akan ke mana-mana. Ia hanya akan tinggal di Rumbuk Randu. Itulah yang diikrarkannya bersama Mat Dawuk. Ia akan tinggal di tanah kelahirannya. Direstui atau tidak.

Pasangan suami istri itu memang tinggal di bekas kandang sapi, tapi bagi Inayatun dan Mat Dawuk, kandang sapi itu bagaikan istana cinta. Mereka mulai memperbaiki semuanya. Dinding bambunya yang jebol-jebol diganti dengan anyaman bambu baru. Gentengnya ditata ulang, ditambah atap ilalang di bagian dapur dan berandanya. Memagari pekarangannya dengan bambu. Menanam kacang dan sayur mayur untuk sekadar asupan. Juga meliarkan beberapa ekor ayam dan dengan sedikit uang yang mereka bawa dari Malaysia, membeli seekor kambing untuk dipelihara.

Mereka bahagia bagaikan Roma dan Sunny dalam film Rumbuk Randu. Diasingkannya mereka dari desa Rumbuk Randu. Orang orang menjauhi mereka, dan digunjingnya Inayatun saat menikah dengan Mat Dawuk. Mereka menghiraukan semua itu dan tidak menggubrisnya sama sekali. Mereka teguh menjalankan kehidupan sebagaimana skenario yang telah diberikan Tuhan, dengan kesederhanaan dan kesempurnaan yang mereka miliki.

Menurutku, kesederhanaan dan kesempurnaan saling berkaitan. Karena biasanya, setelah kesempurnaan tercapai, kesederhanaan akan mengikutinya. Tentu tidak semua orang berpikir seperti itu. Mungkin banyak orang berbeda memaknai kesederhanaan dan kesempurnaan.

Ada banyak contoh tentang kesederhanaan. Salah satu contoh misalnya, kesederhanaan dalam praktik spiritual. Apakah ada praktik spiritual yang sederhana tapi mendalam? Tentu saja ada. Jawabannya, “Tersenyumlah.”

Senyuman jauh lebih dalam dari sekadar dua bibir lentur, melengkung, dan mengembang. Tatkala seseorang tersenyum, semua masalah yang sedang dihadapi mungkin akan sedikit melonggar. Wajah pun jadi rileks. Sebagai akibatnya, senyum tidak hanya mengirim vibrasi kedamaian ke luar, tapi juga mengirim aura kesembuhan ke dalam. Tatkala tersenyum, sesungguhnya kita sedang membentuk bibir jadi seindah bunga. Begitulah kesederhanaan yang dimiliki sepasang kekasih ini, Inayatun  dan Mat Dawuk.

Lalu tentang kesempurnaan. Banyak cara untuk mencapai kesempurnaan. Salah satu cara yang aku lakukan adalah percaya pada Tuhanku yang Maha Sempurna dan Suci.

Manusia adalah makhluk yang sifatnya peniru atau suka meniru. Sehingga kita bisa mencapai kesempurnaan itu dengn cara sendiri. Maksudku, manusia sudah sempurna dalam akal untuk berpikir, hati untuk merasa, jiwa untuk hidup, dan raga untuk beraktifitas sehingga bisa mencapai kesempurnaan.

Aku semakin yakin bahwa kesederhanaan dan kesempurnaan tidak selalu bergantung pada finansial. Kesederhanaan dan kesempurnaan “hanya” gaya hidup yang dibutuhkan setiap manusia di dunia. Karena kesederhanaan dan kesempurnaan akan menuntun kita kepada kebahagiaan hati. Di dunia ini yang kita butuhkan hanya sedikit, dan tidak selalu berupa materi. Selebihnya, materi hanya digunakan untuk memberi dan memenuhi hak orang lain.

Hidup sederhana tidak berarti hidup dalam kesengsaraan, kemiskinan, kemelaratan, dan serba kekurangan. Justru dengan hidup sederhana, kita akan dituntun menuju kesempurnaan. Dimulai dari pola pikir dan pola hidup yang proposional. Tidak berlebihan dan mampu memprioritaskan sesuatu yang lebih dibutuhkan. Kesederhanaan adalah gaya hidup seorang sempurna. Sebab seperti kata orang bijak, dalam kesederhanaan hidup terdapat makna yang mendalam.

Judul Dawuk; Kisah Kelabu dari Rumbuk Randu| Penulis Mahfud Ikhwan| Penerbit Marjin Kiri| Tebal vi+182 hal | Presensi Lulu Izdihar Salsabila | Penyunting Ridwan Malik 

By Lulu Izdiharsalsabila

Every day is a second chance

Leave a Reply