EnglishArabicIndonesian
Categories
Book Reviews Treasure

Si Mbah Mengajarkan Bagaimana Cinta Itu Seharusnya

Jangan pernah meremehkan orang tua. Meskipun tingkat pendidikannya mungkin lebih rendah dan sempit, tapi jangan pernah meremehkannya. Karena sebodoh-bodohnya atau seburuk-buruknya orang tua, mereka tidak akan pernah mau anak keturunannya menjadi sebagaimana dirinya. Jangan pernah meremehkan usaha dan kegigihan orang tua. Terutama dalam membimbing anak-anaknya agar tidak sejalan ataupun seburuk mereka.

Dari beberapa buku yang aku baca, aku banyak mendapat bahan untuk merenung. Misal, ceritanya, ada seorang perempuan yang menjadi pelacur, punya anak tanpa tahu siapa bapaknya, tapi si pelacur menginginkan anaknya tak bernasib sepertinya. Menjadi perempuan yang hanya berakhir di ranjang.

Ia menjadi pelacur karena tak punya pilihan, dan ia melakukannya demi anak-anaknya. Di dalam hatinya, ia memegang teguh, bahwa kelak anak-anaknya jangan sampai seperti dirinya yang tenggelam sangat dalam di gelapnya alur kehidupan.

Di bagian ini pun aku mempelajari bahwa silaturahmi itu benar-benar sangat berguna. Bahkan bisa jadi, silaturahmi adalah alasan mengapa kematian bisa tertunda.

Ketika masih mampu, untuk melakukan atau menjalin suatu hubungan, kenapa tidak? Setidaknya hal itu bisa menjadi penghias agar kehidupan di masa masa tua tidak monoton. Selagi bisa dan mampu untuk menikah, kenapa tidak? “Mampu” di sini, maksudnya sudah sangat paham dengan perkara menikah. Menikah bukan sekadar untuk penyaluran hawa nafsu, melainkan juga untuk saling menolong, saling memperbaiki, dan saling melengkapi. Hingga yang tadinya tidak sempurna, kemudian menjadi sempurna karena pernikahan.

Manusia memiliki hati. Itulah yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Melalui hatinya, manusia bisa memiliki rasa cinta, sayang dan peduli. Melalui hatinya pula manusia bisa memiliki rasa benci, dengki dan egois, yang patut untuk diperangi.

Ketika kita telah mencintai dan peduli akan suatu hal yang memang sangat berharga, dan hanya kita saja yang tahu betapa berharganya hal itu, pasti kita akan menjaganya dengan sangat baik. Supaya tidak ada kerusakan atau bahkan celah untuk retak.

Kala manusia telah benar-benar mencintai dirinya sendiri, maka ia akan menjaga dirinya dengan sangat baik. Jika terdapat satu hal yang bisa merusak diri, maka orang yang mencintai dirinya akan membalas dengan hal lain untuk menyamakan kedudukan.

Seorang lelaki yang sudah kecanduan dengan berbatang-batang bahkan berbungkus-bungkus Cigarettes, jika ia adalah orang yang mencintai dirinya, aku percaya bahwa ia punya cara untuk dapat sedikit mengurangi efeknya. Misal, karena merokok, ia mewajibkan dirinya untuk selalu makan tiga kali sehari dengan toping empat sehat lima sempurna. Selain itu, ia kemudian akan sering berolahraga, tidur yang cukup, lelap dan nyaman, dan tidak terlalu memikirkan hal yang berat-berat.

Contoh tersebut menggambarkan, bahwa orang yang cinta dengan dirinya sendiri pasti punya cara buat mencintai dirinya. Ada orang yang mencintai dirinya dengan terus bekerja, belajar, membaca, menulis, karena mungkin menurut dirinya, cara mencintai diri adalah dengan memanfaatkan sehat pada tempatnya. Namun, perlu diingat, istirahat juga merupakan pekerjaan wajib. Tanpa istirahat, tak akan ada kegiatan selanjutnya.

Sebagaimana ketika bayi. Pekerjaan kita hanya tidur, menyusu, melihat dunia dan ternyata masih buram. Kemudian tidur lagi, bangun, dan tidur lagi. Kenapa bisa begitu? Sebab itu adalah kegiatan ketika kita sedang dipersiapkan untuk menghadapi dunia. Dunia anak-anak yang penuh rasa ingin tahu, dunia remaja yang penuh godaan dan pilihan, dunia dewasa yang penuh keraguan serta keputusasaan, dan dunia orang tua yang dipenuhi rasa penyesalan ataupun kenikmatan; karena akhirnya dapat beristirahat dan meninggalkan kehidupan berat yang selama ini dipikul.

Ketika mencintai diri sendiri, kita akan mensyukuri apa-apa yang ada di dalam diri. Sekurang apa pun jika dibandingkan dengan yang lain, orang yang mencintai dirinya akan tetap bersyukur. Karena bisa menikmati kesempatan untuk tetap hidup pun sudah lebih dari cukup.

Orang yang cinta kepada dirinya pasti akan punya simpati dan kepekaan yang relatif besar. Tahu apa yang harus ia lakukan dan kerjakan. Seperti aku harus belajar, aku harus kerja, aku harus istirahat, aku harus berkarya, aku harus, aku harus, aku harus dan aku harus. Ia tahu, cara mencintai dirinya sendiri adalah dengan menggunakan atau menjalankan kehidupan sebagaimana kodratnya, yakni, menjadi manusia yang bermanfaat untuk seisi alam. Bukan sebagai robot yang tak punya otak, bukan hewan yang hanya bisa hardolin (dahar, modol, ulin) ataupun bukan pula buah-buahan yang cuma jadi pelengkap nutrisi dan vitamin.

Manusia bukanlah benda mati yang hanya diambil manfaatnya dan setelah itu dibuang. Sebagai manusia, hiduplah dengan nyaman. Jangan terlalu memaksakan kehendak. Jangan terlalu pesimis. Jangan terlalu keras pada diri sendiri. Apa pun yang terjadi, mungkin hal itu memang seharusnya terjadi. Terima saja! Jatuh, bangun lagi. Sudah bangun, tidur sebentar, bangun lagi, buat fondasi atau rencana baru dengan ukuran dan takaran kegagalan di masa lalu.

Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Reni Saputri | Penyunting Ridwan Malik

By Reni Saputri

D'amour Mou Castivaz

Leave a Reply