Saat kita mencapai suatu kesuksesan, bukan berarti kita harus berhenti memperjuangkan sesuatu. Sukses itu banyak jenisnya. Ada yang terlihat, ada juga yang tidak. Maksudnya, ada sukses yang bisa dilihat oleh semua orang, dan ada pula sukses hanya bisa dilihat oleh Tuhan.
Aku kemudian menyimpulkan, bahwasanya:
“Never Stop Learning, Cause Life Never Stop Teaching”
Setua apa pun, sesulit apa pun, itu bukan alasan untuk berhenti belajar dan berjuang. Memang sudah menjadi tugas kita untuk terus belajar dan berjuang sampai akhirnya dijemput ajal. Ajal atau kematian pun bukanlah suatu hal yang menyedihkan. Justru, ajal adalah lambang kesuksesan terakhir di dunia. Dengan catatan, kita mati dalam keadaan khusnul khotimah.
Ketika kita mencapai sukses di dunia, jangan lupa untuk bisa sukses juga di akhirat. Hal itu memang sulit. Sebab kesuksesan akhirat tidak dinilai dari materi atau gelar, tapi dari seberapa kuat rasa setia atas kewajiban yang harus ditaati.
Pada bagian ini, aku juga tertarik dengan soal pertemanan. Mbah Allan bisa bertemu dengan orang yang memiliki keahlian sama dengan dirinya, yakni, di bidang pengeboman. Bedanya, si Mbah dengan praktiknya, sedangkan temannya dengan teorinya.
Sepertinya seru punya teman yang satu frekuensi. Sebab bisa saling berbagi pikiran perkara atom nuklir, bisa saling menceritakan pengalaman, pengetahuan dan percobaan. Apalagi jika kemudian berkolaborasi. Dengan ilmu dan pengalaman yang dipunya, pasti akan bisa menciptakan suatu penemuan yang hebat.
Meski begitu, punya teman yang beda frekuensi sepertinya juga tak kalah menarik. Dari situ kita bisa berpikir, bahwa ternyata, manusia bisa jadi apa pun. Tak cuma jadi PNS atau dokter, misalnya.
Dari Allan, aku juga belajar bagaimana cara menghadapi orang yang berbeda atau bertolak belakang 180 derajat dengan kita. Seperti, saat Jonas Jonasson menceritakan Allan dan Herbert. Antara Si Jenius karena belajar, dan Si Tolol yang hanya menunggu kematiannya.
Dari cerita Allan dan Herbert, aku mempelajari sesuatu. Aku harus belajar untuk dapat memahami kelebihan dan kekurangan seseorang. Seburuk-buruknya manusia, setidakbergunanya manusia, ia pasti punya satu keahlian yang belum tentu bisa dikerjakan oleh kita.
Saling memanfaatkan itu lebih baik. Misalnya, di serial anime Dr. Stone. Si Senku otaknya, tenaganya si Otak Udang. Ada kohaku, pengrajin, dan warga setempat. Jadi kupikir, kalau memang ada kerjaan, bisalah dikerjakan bersama-sama. Pakai banyak skill, biar tak capek sendiri.
Judul The 100-Year-Old Man Who Climbed Out of The Window and Disappeared | Penulis Jonas Jonasson | Penerbit Bentang Pustaka | Tebal 508 hal | Peresensi Reni Saputri | Penyunting Ridwan Malik