Di Jepang, disiplin dikenal dengan istilah shitsuke. Istilah itu mengacu pada perilaku kesadaran diri akan etika kerja. Shitsuke sendiri adalah bagian dari konsep budaya kerja di Jepang yang biasa disingkat jadi 5S, yaitu seiri (ringkas), seiton (rapi), seiso (resik), seiketsu (rawat), dan shitsuke (rajin). Oleh karena itu, shitsuke sering juga dimaknai dengan kebiasaan untuk selalu membiasakan diri melakukan hal berulang-ulang.
Dari uraian di atas, bisa ditarik simpulan kalau disiplin adalah sikap sadar, atau perilaku sadar. Maksudnya, kita harus menyadari kalau ada hal-hal seperti aturan, pekerjaan atau kewajiban yang mesti dijalankan dalam hidup. Sikap dan perilaku itu tentu harus sesuai dengan peraturan dan ketentuan. Lalu, sikap atau perilaku disiplin bisa didapat dari latihan terus-menerus.
Setelah selesai membaca novel Norwegian Wood karya Haruki Murakami, aku bisa melihat betapa masyarakat Jepang adalah masyarakat yang sangat disiplin. Seperti disiplin perihal waktu, disiplin dalam antrian, disiplin saat berkendara, disiplin ketika bekerja, dan disiplin dalam urusan kebersihan. Sikap dan perilaku yang sudah jadi kebiasaan, membuat orang-orang di Jepang tidak merasa keberatan atau tertekan dalam menaati aturan-aturan yang ada. Bahkan sebaliknya, itu menjadi suatu hal yang produktif.
Setidaknya, aku menangkap ada tiga hal yang membuat Jepang bisa punya sikap dan perilaku disiplin tinggi: pemerintah, sekolah, dan keluarga. Peran pemerintah dalam menciptakan kedisiplinan adalah dengan membangun infrastruktur dan memberlakukan peraturan. Peran sekolah adalah dengan menanamkan kedisiplinan pada anak melalui pendidikan sejak dini, dan peran keluarga adalah dengan selalu mengingatkan dan mengarahkan anak-anaknya untuk disiplin.
Akibat dari sikap dan perilaku disiplin yang tinggi, Jepang lalu bisa menjadi negara maju, dan menjadi salah satu negara kuat yang terpandang di dunia. Disiplin membuat etos kerja orang Jepang luar biasa. Etos kerja yang luar biasa inilah yang berperan penting dalam pemulihan ekonomi Jepang, terutama setelah kekalahannya dalam Perang Dunia II. Etos kerja ini kemudian diturunkan dari generasi ke generasi dalam konsep moral yang tertanam kuat.
Ada satu semangat yang diwariskan secara turun-temurun sejak lama di Jepang, yakni prinsip bushido. Semangat bushido adalah semangat peninggalan para samurai Jepang. Semangat ini dicerminkan dalam sikap kesatria yang berdasar pada loyalitas dan totalitas. Juga, untuk selalu mengajarkan supaya tidak mudah menyerah. Ternyata semangat dan jiwa para samurai masih tertanam kuat dalam diri masyarakat Jepang.
Semangat bushido inilah yang secara tegas digunakan untuk membangun dan menopang martabat dan kehormatan bangsa. Semangat ini juga menjadikan bangsa Jepang sebagai bangsa yang pantang menyerah. Tidak terpuruk saat jatuh ke dalam keadaan paling buruk sekalipun. Karena itulah mungkin, Jepang juga disebut sebagai Negeri Samurai.
Nama Nawal Zya Ulhaq | Judul Norwegian Wood | Penulis Haruki Murakami | Penerbit Kepustakaan Populer Gramedia iv+423 hal | Penyunting Ridwan Malik