Filosofi wayang selalu begitu hitam putih, konflik yang terjadi selalu berawal dari keserakahan berfikir, keserakahan berujar dan keserakahan bertindak. Namun demikian konflik selalu berujung dengan kemenangan “Sang Benar”, bahkan tata letak wayang dalam suatu pementasan baik ketika dipajang maupun sedang diperankan oleh Ki Dalang selalu bisa ditebak, yang dipajang disebelah kanan pentas atau ketika diperankan tangan kanan Ki Dalang pastilah tokoh-tokoh wayang yang baik, yang jahat-jahat biasanya selalu ada pada barisan kiri pentas atau bagian kiri tangan Ki Dalang.
Sarpakanaka salah satu tokoh wayang versi Ramayana selalu berada pada deretan kiri pentas atau ketika diperankan pastilah ada ditangan kiri Ki Dalang, artinya Sarpakanaka adalah tokoh jahat, Ia adalah adik sang Dasamuka sebutan lain untuk Rahwana juga adik sang legenda pecinta tanah air (tokoh wright or wrong is my country) Kumbakarna dan kakaknya sang pembelot Wibisana.
Hampir pasti bahwa terjadinya perang antara Sri Rama (manusia titisan dewa Wisnu) dengan Rahwana (manusia yang terlahir karena cinta yang salah) disebabkan dengan diculiknya dewi Shinta isteri Sri Rama oleh Rahwana, tapi seandainya momen-momen ceritera Ramayana ini diurut akan terlihat sebagai berikut :
1. Untuk menghindari perang saudara karena perebutan kekuasaan Sri Rama dan isterinya Shintadisertai adik (Sri Rama) sebapak Lasmana pergi menuju hutan (membuang diri)
2. Ditengah hutan ketiga satrya (bangsawan) tersebut ditemukan oleh Sarpakanaka yang kemudian menjadi tergila-gila akan keelokan satrya Lasmana dan bahkan jatuh cinta pada satrya tersebut. Sesuai karakter, bahwa Sarpakanaka itu adalah perempuan yang berperawakan denawa (raksesi) langsung menyatakan cintanya kepada Lasmana, serta merta Lasmana menolak cinta Sarpakanaka tersebut, bahkan dengan bersikap seperti bukan ksatrya hidung Sarpakanaka dipotong sambil mencaci mak tentang kesepadanan cinta
3. Dengan membawa rasa sakit (hati-ditolak cintanya, fisik-dipotong hidungnya) Sarpakanaka pulang dan menceriterakan kejadian itu kepada kakaknya Rahwana.
4. Dengan niat mau membalaskan dendam adiknya Rahwana pergi menemui Sri Rama, Lasmana dan Shinta. Dan yang terjadi adalah Rahwanapun tergila-gila atas keelokan Shinta dan berterus terang menyatakan niatnya untuk memperisteri Shinta, serta merta pula Shinta menolak namun dengan segala kedigjayaannya Rahwana berhasil membawa Dewi Shinta ke Negaranya.
5. Sri Rama kemudian menyusun strategi peperangan dengan dalih membebaskan isterinya (Dewi Shinta) dengan dibantu beberapa kerajaan koloninya termasuk bala tentara Kiskenda yang berujud manusia kera.
6. Rahwana akhirnya ditawan, Kumbakarna, sarpakanaka dan Indrajit (anak Rahwana) gugur, Wibisana dinobatkan menjadi Raja Alengka. Sri Rama sendiri akhirnya bisa berkumpul kembali dengan Dewi Shinta dan masih tetap diiringi Lasmana kembali pulang ke kerajaanya bertepatan dengan konflik perebutan kekuaasaan telah selesai.
Dari momen-momen cerita diatas, ternyata konflik terjadi akibat keserakahan bertindak dari karakter yang dibawa oleh Sarpakanaka dan Rahwana, namun tak kalah pentingnya bahwa konflik itupun terjadi karena keserakahan berfikir (ego bangsawan), keserakahan berujar (hilang kesabaran bangsawan) dan keserakahan bertindak (kalap bangsawan) yang dilakukan Lasmana sebagai seorang Ksatrya.