Syiwa mempunyai beberapa gelar diantaranya 1000 gelar utama, dialah Mahaesywara, Mahadewa, sebagai dewa waktu Syiwa bergelar Mahakala dan beristrikan Mahakali beranak Herakala atau Kala, Kala berujud raksasa ia timbul dari air Syiwa sendiri tanpa ibu, karena ia raksasa ia minta mamsya pada Syiwa itu dan diberi syarat-syarat yang ketat diantaranya : anak tunggal, anak kembar, anak yang lahir dengan belitan ari-ari pada lehernya, anak perempuan tak bersaudara laki-laki atau sebaliknya, anak yang bermain di tepi jalan, orang yang bekerja tengah hari, orang yang salah membuat rumah, dsb. Akan menjadi mamsya (makanan) Kala. Kala selalu membawa gada pemberian Syiwa.
Untuk menentukan keluar Kala, letak tempat Kala dsb. Ditulislah buku khusus “Purwakala”. Di Asia Tenggara terutama di Jawa dilakukan upacara Ruatan agar terhindar dari mangsa Kala.
Mahakama, Syiwa menentukan kejantanannya, iapun membuat tiruan alat kelaminnya sendiri yang sangat tinggi itulah Lingga yang tak dapat diatasi atau diselami oleh sekalian dewa-dewa. Syiwa bersenggama dengan sang Dewi beribu kali dan setiap selesai melakukan ditandailah dengan lingga pada tempat tertentu untuk kekuatan. Perempuanpun atau sang Dewi menciptakan tiruan yang disebut Yoni.
Mahaesywara, Syiwa sebagai kepala Isywara beristrikan Durga dan dipuja golongan Tantrayana sebagai Syakti.
Mahaguru, Syiwa sebagai dewa Ilmu berkendaraan seekor lembu Nandi, istrinya dinamakan Uma dan beranak Ganesya bertbuh raksasa, bertangan empat membawa kapak dan aksamala dan sebelahnya lagi membawa air amrta dan trisula, berkepala gajah berkendaraan tikus.
Pasupati, Syiwa sebagai pemburu dan terusir karena memotong salah sebuah kepala Brahma, ia pernah dating kepada Arjuna member senjata.
Bhairawa, Syiwa sebagai dewa perusak bertangan empat berjalan di atas tengkorak, ia menari di langit sambil berteriak :” Akulah hakikat kurban kurban itu, akulah yang kamu sembelih diatas altar-altarku, akulah wujud yang sesungguhnya.”
Nataraja, Syiwa yang menari di langit membangun alam kembali.
Mahayuddha, Syiwa sebagai dewa penghasut beranak Kartikeya sebagai dewa Perang.
Andharakapala, Syiwa sebagai raksasa bertangan empat memegang aksamala, camara (pengusir lalat), kamandalu (air kehidupan) dan trisula.
Syiwa dipuja dengan kurban-kurban, aliran Tantrayana lahir dari ajaran Syaiwa (pemuja Syiwa), berkitabkan Tantra, dewa-dewa mempunyai kesyaktian berwujud istrinya sendiri, Brahma beristrikan Syaraswati yang biasa menunggang angsa, Wishnu beristrikan Laksmi atau Syri dewi Kecantikan.
Golongan Tantra menganggap perkelaminan adalah salah satu kesucian, alampun ditumbuhkan karena sanggama Dewa dengan Syaktinya, maka untuk mencapai moksa dengan singkat, diantaranya dengan Pancama
1. Mamsa – daging
2. Matsya – ikan
3. Madya – alcohol
4. Maithuna – bersetubuh
5. Mudra – tangan sakti
Madya untuk kesempurnaan bakti, Maithuna untuk kebebasan sempurna, penyatuan “upaya” alat jantan dan prajna alat betina dalam yogasanggama dan hendaklah seorang Brahmana mengatur nafsunya itu.
Janganlah Yogasanggama ini keluar dari upacara bhakti sebab itu harus dengan pengendalian hati yang suci, tahanlah air kama sehingga tiada tumpah dengan peraturan nafas yoga, memasukkan lingga pada yoni adalah memasukkan upaya pada prajna itu dan geraknyapun menuruti jalan tertentu. Seorang gadis untuk pasangan yogi haruslah cantik bulat matanya dan gembira wajahnya, usia kira-kira 15 – 17 tahun dan tidak terpaksa. Sebelum dilakukan upacara harus mandi dan berlangir air mawar, Dalam upacara itu, dipujalah Durga dialah Mahisasuramardini yang bertangan 8, 10, 12 dan setiap tangan memegang senjata dialah penakluk lembu penjelmaan Asura yang menyerang istana Dewa-dewa. Durga berkendaraan Singa.